Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

PPP: Antara Pragmatisme dan Marwah Partai Islam

Kompas.com - 02/06/2025, 05:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hindari kerusakan dan kesampingkan sikap pragmatisme yang hanya merusak partai. Jaga dan rawat partai warisan ulama” - KH Maimun Zubair (1928 – 2019).

SAAT ini elite politik nasional, terutama di Partai Persatuan Pembanguna (PPP) begitu “sulit” mencari tokoh sekaliber KH Maimun Zubair.

Mbah Moen demikian panggilan akrabnya adalah seorang ulama kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah. Mendiang dikenal sebagai pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang yang juga menjabat Ketua Majelis Syariah PPP saat wafatnya di Tanah Suci, 6 Agustus 2019.

Sosok Mbak Moen mampu menjadi soliditas di tubuh partai berlambang Ka’bah di tengah konflik yang terus mendera partai.

PPP bersama PDI Perjuangan dan Golkar adalah partai politik “sisa” warisan yang dibentuk di era Orde Baru. Baik PPP maupun PDI Perjuangan adalah partai yang “dibonsai” melalui fusi atau penggabungan partai-partai yang bercorak sama.

Baca juga: Amran hingga Anies Masuk Bursa Caketum, Jubir PPP: Yang Pasti Aja

Baik PPP maupun PDI (sebelum menjadi PDI Perjuangan) memang sejak awal diskenariokan oleh rezim Orde Baru tidak boleh besar dan “selalu dibuat” konflik agar tidak bisa menyaingi kejayaan Golkar yang selalu “dimenangkan” di setiap Pemilu.

PPP di masa kini, terutama di satu dekade terakhir ini – di luar nama Mbak Moen - tidak lagi memiliki tokoh-tokoh sekaliber Ismail Hasan Metareum, Hartono Marjono, Aisyah Amini, KH Alawi Muhammad atau Hamzah Haz.

Politisi PPP di parlemen sudah kehilangan taringnya, tidak “segalak” dulu dalam membela umat.

Saya masih teringat dengan “kegalakkan” KH Alawi Muhammad saat mengkritisi Pembangunan Waduk Nipah yang merugikan petani Sampang, Madura pada 1993, saat Presiden Soeharto tengah kuat-kuatnya berkuasa.

Alawi paham, mengritik Orde Baru sama saja mengusik kenyamanan para penjilat Soeharto. Setiap kampanye Pemilu, Alawi selalu “diganggu” oleh oknum-oknum berseragam ketika menyampaikan pidato.

Pernah saat tengah berapi-api berkampanye di panggung, kabel yang menghubungkan mikropon dengan pengeras suara dipotong oleh oknum berseragam tersebut.

Tidak kehilangan akal, Alawi mencopot sendal yang dikenakan lalu berpidato lantang dengan sendal di tangan dan volume suara yang dikeraskan maksimal.

Massa yang melihat dan mendengar pidato pengasuh Pondok Pesantren At-Taroqi, Sampang tersebut begitu kagum dengan “kesaktian” Alawi yang bisa tetap berpidato tanpa mikropon.

Daya tarik PPP pasca-Reformasi semakin pudar setelah didera berbagai konflik internal yang kronis. Antarkader berkelahi memperebutkan jabatan di partai.

Baca juga: Romahurmuziy Bantah Obral Kursi Ketum PPP: Tak Ada Jual-Beli

 

PPP yang dulu memikat Raja Dangdut, Rhoma Irama dan Dai Sejuta Ummat, KH Zainuddin MZ, sempat terbelah dengan hadirnya Partai Bintang Reformasi pada 2002.

Halaman:


Terkini Lainnya
Tambang Nikel di Pulau Batang Pele Raja Ampat Ada di Hutan Lindung
Tambang Nikel di Pulau Batang Pele Raja Ampat Ada di Hutan Lindung
Nasional
Pemerintah Sebut Tambang Nikel Pulau Kawei Raja Ampat Melebihi Batas
Pemerintah Sebut Tambang Nikel Pulau Kawei Raja Ampat Melebihi Batas
Nasional
Menteri LH: Izin Lingkungan Tambang Raja Ampat Diterbitkan Bupati pada 2006
Menteri LH: Izin Lingkungan Tambang Raja Ampat Diterbitkan Bupati pada 2006
Nasional
Pemerintah Perkarakan Pencemaran Pulau Manuran Raja Ampat ke Ranah Hukum
Pemerintah Perkarakan Pencemaran Pulau Manuran Raja Ampat ke Ranah Hukum
Nasional
Anggota DPR Sebut Tambang Ilegal Papua Dibekingi Aparat, TNI: Laporkan!
Anggota DPR Sebut Tambang Ilegal Papua Dibekingi Aparat, TNI: Laporkan!
Nasional
Sejumlah Jemaah Haji RI Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf
Sejumlah Jemaah Haji RI Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf
Nasional
Penulis Ulang Sejarah RI: Tone Positif Tak Berarti Gelapkan Hal Jelek
Penulis Ulang Sejarah RI: Tone Positif Tak Berarti Gelapkan Hal Jelek
Nasional
Urus Udara Jakarta yang Memprihatinkan, Menteri LH Belum ke Raja Ampat
Urus Udara Jakarta yang Memprihatinkan, Menteri LH Belum ke Raja Ampat
Nasional
Dukung Penutupan Tambang Nikel di Raja Ampat, Lamhot Sinaga: Keindahan Alam dan Kekayaan Hayati Harus Dilestarikan
Dukung Penutupan Tambang Nikel di Raja Ampat, Lamhot Sinaga: Keindahan Alam dan Kekayaan Hayati Harus Dilestarikan
Nasional
Eks Kepala PPATK Salut Djaka Budi Utama Terima Jabatan Dirjen Bea Cukai
Eks Kepala PPATK Salut Djaka Budi Utama Terima Jabatan Dirjen Bea Cukai
Nasional
Menteri LH Perlihatkan Foto Tambang di Raja Ampat, Begini Kondisinya
Menteri LH Perlihatkan Foto Tambang di Raja Ampat, Begini Kondisinya
Nasional
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Nasional
Perusahaan Fashion Irlandia Gugat Merk “Primark” Milik Warga Gambir
Perusahaan Fashion Irlandia Gugat Merk “Primark” Milik Warga Gambir
Nasional
Letak Pulau Gag di Raja Ampat yang Disorot karena Tambang Nikel
Letak Pulau Gag di Raja Ampat yang Disorot karena Tambang Nikel
Nasional
Pemerintah Tinjau Kembali Persetujuan Lingkungan 4 Tambang di Raja Ampat
Pemerintah Tinjau Kembali Persetujuan Lingkungan 4 Tambang di Raja Ampat
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau