Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Pidato Presiden Prabowo Subianto

Kompas.com - 26/09/2025, 13:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAMPIL memukau. Penuh determinasi. Keinginan dan pesan yang ingin disampaikan jelas dan terang. Tidak saru, nihil kesamaran.

Bahasanya lugas, tidak diperhalus dengan undangan tafsir yang beraneka rupa. Semua mata memandangnya, penuh fokus, sekalian padat dengan ketakjuban.

Begitulah Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, yang berdiri di atas podium Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), September 2025, di kota New York.

Hari itu, Presiden Indonesia ini, bagai medan magnet yang menyedot segala yang ada di sekitarnya.

Retorikanya amat menawan. Diksinya luar biasa lugas dan kalimatnya membuat orang yang mendengarnya, tak bisa menghela nafas. Sangat humanis dan menyentuh relung-relung kalbu.

Ia tidak sekadar berpidato dengan retorika, tetapi teatrikal. Presiden Prabowo seolah menyihir dan membuat hadirin dalam ruangan Majelis Umum PBB dan pemirsa televisi, memasrahkan diri untuk ditarik ke mana saja Prabowo kehendaki.

Ia sangat memesona hari itu. Para pemimpin dunia seolah tak sanggup berkata apa pun, apalagi menyanggahnya.

Baca juga: Pengakuan Barat dan Utopia Penyelamatan Gaza

Di masa-masa awal kelahiran PBB hingga tahun 1960-an, Sidang Majelis Umum PBB ditandai oleh pidato para pemimpin dunia yang menggelegar di wilayah derita lantaran kolonialisme dan imperalisme.

Singa-singa podium ketika itu selalu menggelegar, semisal Sukarno, Nasser (Mesir), Kwame Nkrumah (Ghana).

Di tahun 1970-an, debat di PBB banyak diwarnai nuansa perang ideologi (perang dingin): Komunis versus Demokrasi (liberalisme). Presiden Kuba, Fidel Castro acapkali mengundang perhatian dengan gaya pidatonya yang selalu mengguntur.

Tahun 1980 hingga 2000-an, debat di PBB mulai mengangkat tema ketimpangan dunia antara negara-negara kaya versus negara-negara tak beruntung.

Negara-negara dikotakkan dalam tiga tempat: Core, semi-periphery, dan Periphery (dependentia). Seiring dengan pola ini, muncul tema dialog Utara-Selatan untuk menjembatani gap yang menganga lebar ketika itu.

Yang selalu menjadi sasaran kritik dan sinisme ketika itu, adalah negara-negara industri yang dinilai kian rakus dan kehilangan rasa persaudaraan. Kritik ini banyak disuarakan oleh negara-negara Asia, Latin dan Afrika.

Juru bicara yang menonjol saat itu, antara lain, adalah Presiden Tanzania, Julius Nyerere, Mahathir Muhammad (Malaysia), dan Cardoso (Brasil).

Tahun-tahun setelah era itu, guntur para pemimpin negara-negara non-industrial, adalah sorotan tajam terhadap Amerika Serikat yang sangat mahir melakukan intervensi ke bebarapa negara berdaulat.

Halaman:


Terkini Lainnya
KPK Usut Kerugian Negara Terkait Kasus Petral
KPK Usut Kerugian Negara Terkait Kasus Petral
Nasional
Kesaksian Pihak Orkes Sidang MPR soal Anggota DPR Joget: Lagunya Gembira
Kesaksian Pihak Orkes Sidang MPR soal Anggota DPR Joget: Lagunya Gembira
Nasional
OTT, KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid
OTT, KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid
Nasional
Jadi Pilot Airbus A400M Pertama, Mayor Riki Sihaloho: Senang dan Bersyukur!
Jadi Pilot Airbus A400M Pertama, Mayor Riki Sihaloho: Senang dan Bersyukur!
Nasional
Materi soal Pekerja Migran Akan Diajarkan di Sekolah Rakyat
Materi soal Pekerja Migran Akan Diajarkan di Sekolah Rakyat
Nasional
Kepala BGN Tegaskan Tak 'Plek' Contoh MBG India: Kita Beda Banget
Kepala BGN Tegaskan Tak "Plek" Contoh MBG India: Kita Beda Banget
Nasional
Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan
Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan
Nasional
BGN Akui Keracunan MBG Masih Terjadi, Kebanyakan karena Kualitas Air
BGN Akui Keracunan MBG Masih Terjadi, Kebanyakan karena Kualitas Air
Nasional
Pilot A400M Jalani Latihan Tambahan 30 Hari Usai Mendarat di Lanud Halim
Pilot A400M Jalani Latihan Tambahan 30 Hari Usai Mendarat di Lanud Halim
Nasional
Dugaan Mark Up Whoosh, KAI Siap Suplai Data dan Beri Kesaksian
Dugaan Mark Up Whoosh, KAI Siap Suplai Data dan Beri Kesaksian
Nasional
KSPSI Sidak Pabrik Ban Bareng Dasco: Perusahaan Tak Patuh Akan Dipanggil DPR
KSPSI Sidak Pabrik Ban Bareng Dasco: Perusahaan Tak Patuh Akan Dipanggil DPR
Nasional
Dari Langit Eropa ke Indonesia: Perjalanan Panjang Mayor Riki Bawa Pulang Airbus A400M Pertama ke Tanah Air
Dari Langit Eropa ke Indonesia: Perjalanan Panjang Mayor Riki Bawa Pulang Airbus A400M Pertama ke Tanah Air
Nasional
Ini 'Tugas' dari Prabowo untuk Pesawat A400M: Evakuasi hingga Misi Kemanusiaan
Ini "Tugas" dari Prabowo untuk Pesawat A400M: Evakuasi hingga Misi Kemanusiaan
Nasional
KPK Terbitkan Sprindik Baru Kasus Pengadaan Minyak Mentah dan Produk Kilang
KPK Terbitkan Sprindik Baru Kasus Pengadaan Minyak Mentah dan Produk Kilang
Nasional
Dasco Sidak ke Pabrik Ban Michelin karena Endus Pelanggaran PHK
Dasco Sidak ke Pabrik Ban Michelin karena Endus Pelanggaran PHK
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau