LEBAK, KOMPAS.com - Ade (50) menyusun wadah-wadah dan plastik di sudut gerbong 5 KRL Rangkasbitung-Tanah Abang.
Wadah yang ditutup rapat dengan kain motif bunga itu berisi aneka penganan.
Rencananya, ia hendak menjualnya di kawasan Jembatan Besi, Jakarta Barat.
Dari rumahnya di Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang, Banten, Ade berangkat pukul 03.00 dini hari, naik ojek ke stasiun Rangkasbitung untuk mengejar kereta keberangkatan pertama.
Aktivitas ini dilakoninya hampir setiap hari, kecuali hari Senin.
Alasannya, karena lebih banyak penumpang yang naik KRL pada pagi hari sehingga barang milik para pedagang dikhawatirkan mengganggu para penumpang lain.
Baca juga: Cerita Pedagang Berangkat Pagi Buta demi KRL Pertama Rangkasbitung-Jakarta
"Sudah 20 tahun begini, setiap hari pulang pergi dari rumah ke Stasiun Rangkasbitung naik kereta turun di Stasiun Angke," kata Ade saat berbincang dengan Kompas.com di kereta Rangkasbitung-Tanah Abang, Kamis (14/8/2025).
Jarak yang ditempuh oleh Ade dari rumahnya di Kecamatan Pamarayan ke Jembatan Besi sekitar hampir 100 kilometer, melintasi enam kabupaten/kota dan tiga provinsi, yakni Banten, Jawa Barat, dan Jakarta.
Sementara jarak waktunya kurang lebih tiga jam.
Walaupun diakuinya lelah, ia juga mengaku tidak keberatan demi mengumpulkan rupiah untuk kebutuhan hidup keluarganya.
Ade mengenang dua puluh tahun lalu, ia berangkat jualan masih dengan kereta diesel.
Saat itu, menurutnya, tidak hanya jadi penumpang, tetapi dia juga turut berjualan di atas kereta.
Namun, saat ini sudah berubah. Kereta yang ditumpangi sudah menjadi kereta listrik yang jauh lebih tertib.
"Sekarang enggak boleh jualan, kami ikuti aturannya, toh tarif keretanya tetap murah dan lebih cepat sampai ke tujuan," kata Ade.
Baca juga: 2 Kereta Anjlok dalam Seminggu, Prabowo Beri Atensi soal Keselamatan Penumpang
Di tempat tujuannya nanti, Ade akan berjualan keliling di kompleks rumah dan pertokoan.