Mereka melaporkan bahwa dagangan mereka dirusak dan dijarah saat aksi demonstrasi berlangsung.
Yuniati (54), salah satu pedagang, mengungkapkan bahwa mereka diminta untuk menutup dagangannya oleh anggota Polsek Tegalsari menjelang aksi yang direncanakan pada Sabtu (30/9/2025).
"Kami di rumah, sudah tutup itu, biasanya warung saya sampai pukul 22.00 WIB, tapi karena situasinya seperti itu disuruh tutup," kata Yuniati di Balai Kota Surabaya.
Setelah menutup warung, Yuniati tidak membawa pulang dagangannya, karena ia percaya bahwa aksi demonstrasi tidak akan berujung pada kerusuhan.
"Kayaknya situasinya memang enggak aman, cuma enggak tahu sampai dibakar. Seandainya sudah tahu ya sudah diringkesi (diangkut) biar besoknya bisa jualan," ujarnya.
Sayangnya, saat aksi berlangsung, sejumlah alat memasak milik Yuniati dicuri.
Ia berharap Wali Kota Eri Cahyadi dapat memberikan bantuan.
"Saya masih belum jualan lagi, apa-apa enggak punya, habis sama sekali, kerugian enggak menghitung tapi itu habis kulakan. Katanya mau diganti (Eri Cahyadi) tapi gak tau nominalnya," ucapnya.
Anto (41), pedagang Nasi Padang, juga mengalami kerugian besar.
Ia tidak hanya kehilangan alat memasak, tetapi juga beberapa perangkat elektronik yang tertinggal.
"Kalau menurut saya (Polsek Tegalsari) itu sengaja dibakar, dijarah. Saya rugi Rp 50-an juta ada, soalnya kompor hilang semua, ada laptop, handphone, uang tunai, ketinggalan," ujar Anto.
Meski mendukung aksi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat, Anto menyesalkan tindakan perusakan dan penjarahan yang terjadi.
"Kalau ada demo kan wajar, tapi kalau penjarahan itu bukan demo ya yang wajar-wajar saja, jangan sampai menjarah. Itu tengah malam, kalau demo biasanya sore," ujarnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/04/213520278/7-pedagang-di-kantin-polsek-tegalsari-datangi-eri-cahyadi-ngaku-barang