JEMBER, KOMPAS.com - Dari sebuah desa pegunungan di Toyama, Jepang, Sari Shibata datang ke Kabupaten Jember, Jawa Timur atau tepatnya ke Perkebunan Kalijompo, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi.
Hampir dua pekan, sejak 22 Agustus sampai 2 September 2025 Sari tinggal bersama suaminya di tengah kebun, rumah warga, dan jalur-jalur setapak yang membelah alam.
"Awalnya dari pameran di Kalisat Tempo Dulu. Waktu itu pengalamannya sangat berkesan, jadi saya ingin sekali kembali," ujar Sari menyampaikan alasanya datang ke Jember lagi.
Baca juga: Musyawarah Antar Gereja Jember Serukan Pendekatan Damai untuk Dinginkan Suasana di Indonesia
Fotografer yang juga bekerja di bidang IT ini memang punya ketertarikan mendalam pada kehidupan pedesaan.
Asalnya dari desa namun lama hidup di kota, membuat perempuan lulusan Psikologi Kontemporer Universitas Rikkyo, Jepang semakin tertarik kehidupan di pedesaan.
Sari mengikuti program residensi 10 Lanbaw yang digelar Sudut Kalisat.
Ia meneliti kehidupan lokal warga di sekitar perkebunan, bukan lewat angka atau survei, melainkan lewat lensa kamera.
"Saya membuat proyek foto tentang kehidupan sehari-hari warga lokal," ujarnya, Jumat (5/9/2025).
Baca juga: Pembangunan Gerai Mie Gacoan di Jember Dihentikan karena PBG, Apa Itu?
Di perkebunan rakyat yang didominasi tanaman karet dan kopi, ia menjelajah.
Tantangan datang dari hal-hal kecil, seperti bahasa dan ukuran kamera.
"Tantangannya terutama soal bahasa dan juga bagaimana membawa kamera besar tanpa mengganggu," tuturnya.
Namun semua itu tak menjadi masalah berarti, sebab warga di perkebunan Kalijompo menyambutnya dengan tangan terbuka.
"Orang-orang di sini ramah sekali, sebagian besar justru senang difoto," ungkap Sari.
Baca juga: Awe-awe di Jalur Gumitir Jember Mulai Turun di Hari Pertama Pembukaan
Selama 12 hari, Sari hidup berdampingan dengan warga.
Ia berjalan kaki menyusuri kebun, memotret aktivitas sehari-hari, dan merekam interaksi kecil yang penuh makna.