Polemik Fotografer Pelari di Ruang Publik, Pengamat: Perlu Kode Etik

Kompas.com - 29/10/2025, 14:17 WIB
Bill Clinten,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena fotografer lepas yang memotret pelari di ruang publik, belakangan memicu polemik.

Warganet menyoroti soal banyaknya fotografer yang memotret dan mengunggah foto pelari tanpa izin di platform marketplace dokumentasi, seperti FotoYu.

Salah satu yang memantik diskusi ini ke media sosial adalah Ismail Fahmi, pendiri Drone Emprit, platform pemantauan dan analisis media sosial yang menggunakan big data dan kecerdasan buatan (AI).

Dalam postingnya, Fahmi mengunggah beberapa foto yang menampilkan fotografer sedang mengemper di trotoar, sambil memotret pelari di ruang publik.

Ia hanya menuliskan "AI yang menciptakan lapangan kerja baru", sebagai takarir (caption). Posting itu cukup banyak direspons dengan keluhan dan ketidaknyamanan karena difoto tanpa izin di ruang publik, seperti saat acara Car Free Day (CFD).

Baca juga: Warganet Keluhkan Foto Pelari Di-upload Tanpa Izin di Internet: Meresahkan Banget

"Akhirnya mereka memilih menghindar, tidak datang ke CFD, atau lari di komplek. Tapi bahkan di komplek pun kadang masih ada yang motret tanpa izin. Jadi ruang aman itu makin lama makin hilang," kata Ismail, menanggapi respons postingnya.

Dari solusi jadi bikin risih

Fenomena ini sebetulnya sudah muncul sejak sekitar tahun 2022, ketika lari mulai menjadi "pop-culture".

Ismail, yang juga pegiat lari, mengatakan bahwa platform seperti FotoYu sebetulnya menjadi solusi di awal kemunculannya.

Dulu, pelari bingung bagaimana cara mendapatkan fotonya ketika ikut kompetisi lari resmi. Mereka harus berusaha sendiri mencari tahu siapa fotografernya di Instagram.

"FotoYu hadir supaya pelari tinggal install aplikasinya, lalu semua fotografer upload ke sana. Kalau mau cari foto, cukup unggah foto wajah sendiri, AI-nya akan mencocokkan lewat face recognition," jelas Ismail ketika dihubungi KompasTekno, Rabu (29/10/2025).

Sebagai gambaran, FotoYu merupakan platform marketplace, di mana fotografer lepas (freelance) bisa mengunggah foto hasil jepretannya dan menjualnya di sana.

Pengguna FotoYu, bisa mencari fotonya dengan membuat akun serta merekam biometrik wajah dengan melakukan selfie.

Baca juga: Meta Ganti Label AI di Foto Usai Diprotes Fotografer

Data wajah tersebut akan digunakan teknologi pengenal wajah di FotoYu untuk mencocokan foto. Sehingga, pengguna bisa mencari fotonya berbekal foto selfie tadi. Apabila sudah menemukan foto yang cocok, pengguna bisa membeli foto tersebut.

Nah, masalah muncul ketika solusi yang diberikan FotoYu, dipakai secara masif oleh fotografer, tanpa mempertimbangkan privasi pelari atau pengguna. Sebab, kini fotografer tak cuma ada di acara lari resmi, tapi juga bermunculan di ruang publik.

"Jumlah fotografer jadi luar biasa banyak, bahkan suasananya terasa intimidatif. Saya sendiri waktu di Palembang kaget, pelari seperti diserbu fotografer. Jadi kayak model yang dikepung kamera," kata Ismail.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau