Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Orang Betawi Pakai Sapaan "Gue-Elu"?

Kompas.com - 28/10/2025, 08:00 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Suku Betawi punya tradisi, budaya, hingga adat istiadat yang kaya, termasuk dalam hal ini bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Bicara soal bahasa, masyarakat suku Betawi umumnya menggunakan kata gue untuk menunjuk diri sendiri, dan elu untuk menujuk lawan bicaranya.

Saat Kompas.com mampir ke Pameran Plesir Betawi Pesisir, Rumah Si Pitung, Jakarta Utara pada Rabu (22/10/2025), ada penjelasan mengapa kata gue dan elu muncul jadi sapaan sehari-hari masyarakat suku Betawi.

Baca juga:

Alasan orang Betawi pakai sapaan gue-elu

Berdasarkan informasi di area pameran, bahasa Betawi faktanya muncul dari percampuran antara budaya yang dibawa oleh para pendatang pada zaman dahulu dengan budaya masyarakat setempat.

Khususnya bagi masyarakat Betawi pesisir, wilayah mereka pada zaman dahulu menjadi bejana peleburan dari berbagai budaya. 

Sehingga, terjadilah akulturasi budaya pendatang dan budaya setempat, yang kemudian membentuk budaya baru.

Kata "gue" dan "elu" merupakan kosakata serapan dari bahasa kelompok masyarakat yang pernah tinggal di sana seperti Sunda, Jawa, Bali, Tionghoa, Portugis, Belanda, Bugis, dan lain-lain.

Baca juga:

"Secara umum, Bahasa Betawi adalah Bahasa Melayu-Jakarta. Bahasa ini berasal dari bahasa Melayu yang kemudian diperkaya dengan berbagai kosakata dari bahasa-bahasa lain tadi," dikutip dari papan informasi pada Pameran Plesir Betawi Pesisir, Rumah Si Pitung, Jakarta Utara, Rabu (22/10/2025).

Tidak hanya dari kosakata, dialek orang Betawi yang tinggal di pusat kota dan yang tinggal di pinggiran kota pun berbeda.

Misalnya, orang Betawi yang tinggal di kawasan pesisir Jakarta, seperti Tanjung Priok, menggunakan sapaan "encing" untuk sebutan paman. 

Sementara orang Betawi yang tinggal di kawasan Jakarta bagian selatan, menggunakan sapaan "mamang" untuk sebutan paman. Panggilan ini menunjukkan adanya pengaruh dari bahasa Sunda di kawasan selatan Jakarta.

Baca juga: Museum Betawi: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket

Potret  Pameran Plesir Betawi Pesisir, Rumah Si Pitung, Jakarta Utara, Rabu (22/10/2025). Kompas.com/ Suci Wulandari Putri Potret Pameran Plesir Betawi Pesisir, Rumah Si Pitung, Jakarta Utara, Rabu (22/10/2025).

Kapan nama Betawi muncul?

Jika melihat jejak peradaban Betawi, label "Betawi" sebagai kelompok etnis nyatanya baru muncul antara tahun 1815 dan 1893.

Pada zaman itu, salah satu tokoh Betawi pada masa Hindia Belanda bernama Muhammad Husni Thamrin, mendirikan kelompok Persatoean Kaoem Betawi pada 1923.

Setelah itu, identitas tersebut resmi tercatat dalam registrasi penduduk Batavia pada 1930.

Ada beragam interpretasi asal usul munculnya nama Betawi. Ada yang mengaitkannya dengan kayu akasia guling Betawi (Cassia glauca).

Akasia guling Betawi  ini sejenis tanaman perdu yang kayunya digunakan sebagai gagang keris atau pisau. Kayu ini banyak tumbuh di wilayah Nusa Kelapa.

Baca juga: Rumah Si Pitung, Jejak Sang Legenda Betawi di Marunda

Pendapat lainnya, ada pula yang menyebut bahwa nama "Betawi" berasal dari kata "Batavianen", sebutan untuk kelompok masyarakat yang terbentuk dari perpaduan etnis di Batavia.

Konon, istilah "Betawi" merupakan adaptasi lokal dari nama kolonial "Batavia" yang melalui proses linguistik penghilangan bunyi "a" agar lebih mudah diucapkan. Sehingga, dari "Batavia" berganti menjadi "Batawi" lalu "Betawi".

Wisatawan yang ingin tau lebih dalam mengenai budaya suku Betawi bisa mampir ke Pameran Plesir Betawi Pesisir, Rumah Si Pitung, Jakarta Utara.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Travel News
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Travel News
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
Travel News
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Travel News
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
Travelpedia
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
Travel News
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Travel News
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Travel News
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Travel News
Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani 2025 Terbaru, Simak!
Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani 2025 Terbaru, Simak!
Travel News
3 November, Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani Naik
3 November, Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani Naik
Travel News
Tak Menyeramkan, Hantu di Saloka Theme Park Diajak Foto Manusia
Tak Menyeramkan, Hantu di Saloka Theme Park Diajak Foto Manusia
Travelpedia
Mengenal Rapa’i Uroh Duek, Alat Musik Tradisional Lhokseumawe
Mengenal Rapa’i Uroh Duek, Alat Musik Tradisional Lhokseumawe
Travelpedia
Sejarah Keraton Surakarta, Dulu Istana Kerajaan Mataram Islam
Sejarah Keraton Surakarta, Dulu Istana Kerajaan Mataram Islam
Travelpedia
Pakubuwono XIII Wafat, Raja Keraton Surakarta yang Naik Tahta Sejak 2004
Pakubuwono XIII Wafat, Raja Keraton Surakarta yang Naik Tahta Sejak 2004
Travelpedia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau