KOMPAS.com - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden didiagnosis menderita kanker prostat.
Namun, narasi yang beredar di media sosial mengaitkan kabar tersebut dengan vaksinasi Covid-19. Misalnya, yang diunggah oleh akun X ini dan ini.
Berikut narasi yang diunggah salah satu akun pada Selasa (20/5/2025) dalam bahasa Indonesia:
Dr. McCullough: Kanker Prostat Biden Adalah "Turbo Cancer"
Hasil pemeriksaan kesehatan yang bersih pada Februari 2024 — saat itu kanker prostat Gleason 9 yang bermetastasis luas hanya 13 bulan kemudian.
Dr. McCullough: "Kanker ini memenuhi semua kriteria definisi untuk turbo cancer... kanker yang berkembang pesat."
Biden menerima 6 suntikan mRNA karsinogenik.
Lantas, bagaimanakah faktanya?
Kanker prostat bukanlah kanker turbo. Kanker turbo merupakan istilah dalam teori konspirasi mengenai dampak dari vaksin Covid-19 berbasis mRNA.
Dikutip dari Global Vaccine Data Network, studi dan penelitian atas vaksin mRNA membuktikan tidak ada hubungan antara vaksinasi dan gangguan fungsi penekan tumor yang dapat meningkatkan risiko kanker.
Bahkan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, telah diselidiki terkait kemungkinan hubungannya dengan kanker.
Namun hasilnya menunjukkan, tidak ada penyebab langsung terkait kanker.
Seperti infeksi virus lainnya, peradangan parah akibat SARS-CoV-2 dapat mengganggu sistem imun, tetapi ini tidak berarti virus tersebut secara langsung menyebabkan kanker.
Di sisi lain, vaksin justru mengurangi dan mencegah risiko kanker dengan mencegah infeksi virus. Misalnya, vaksin HPV dan hepatitis, atau mengobati kanker dengan memberikan imunoterapi yang dipersonalisasi.
Sementara, vaksin Covid-19 berbasis mRNA, memiliki mekanisme yang berbeda.
Vaksin mRNA tidak mengandung virus hidup atau materi genetik berumur panjang yang mampu mengubah DNA sel.
Sehingga, tidak ada mekanisme yang masuk akal yang menunjukkan bahwa vaksin mRNA dapat menyebabkan kanker.
Sebelumnya, narasi menyesatkan di media sosial mengenai Biden terkena kanker turbo telah dibantah oleh pemeriksa fakta Politifact.
Kantor perwakilan Joe Biden mengonfirmasi bahwa Biden mengalami gangguan saluran kencing dan benjolan di prostatnya.
"Meskipun ini merupakan bentuk penyakit yang agresif, kanker tersebut tampaknya sensitif terhadap hormon yang memungkinkan penanganan yang efektif," kata kantor perwakilan tersebut dikutip dari Associated Press.
Kanker prostat dinilai berdasarkan skor Gleason untuk mengetahui tingkat agresivitasnya.
Presiden ke-46 AS tersebut memiliki skornya 9, yang menunjukkan kankernya termasuk agresif.
Meski agresif, bukan berarti tidak dapat diobati.
Dokter dari Massachusetts General Brigham Cancer Center, Matthew Smith mengatakan, penyakit Biden sangat bisa disembuhkan.
"Ini sangat dapat diobati, tetapi tidak dapat disembuhkan," kata Smith.
"Kebanyakan pria dalam situasi ini akan diobati dengan obat-obatan dan tidak akan disarankan untuk menjalani operasi atau terapi radiasi," lanjutnya.
Berdasarkan data National Cancer Institute, diperkirakan 3,5 juta pria AS mengidap kanker prostat pada 2022.
Adapun Biden kini berusia 82 tahun. Risiko kanker prostat memang lebih tinggi seiring bertambahnya usia.
Dilansir USA Today, hanya sekitar 2 persen pria yang meninggal dalam waktu lima tahun setelah didiagnosis kanker prostat menurut NCI.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini