Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pentingnya Literasi Pangan, Dukung Dunia Industri yang Berkelanjutan

KOMPAS.com - Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga keterampilan untuk berpikir kritis, logis, dan inovatif.

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) menjadi salah satu lembaga yang berperan dalam pengembangan literasi di Indonesia, termasuk literasi pangan.

Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, mengatakan bahwa usaha memperkuat ketahanan pangan berkaitan erat dengan upaya penguatan kemampuan literasi masyarakat. 

“Untuk mewujudkan ketahanan pangan, kita harus meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya generasi muda, di bidang pangan. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim dengan kekayaan sumber daya alamnya juga jadi potensi untuk pengembangan diri,” ujar Hafidz dalam keterangannya kepada Kompas.com, Sabtu (27/9/2025) di Jakarta. 

Maka dari itu, pihaknya berharap penyediaan buku-buku bacaan bertema pangan dapat meningkatkan minat dan literasi generasi muda tentang potensi di bidang pangan, misalnya pertanian, peternakan, dan perkebunan. Sebab, selama ini potensi-potensi tersebut dinilai kurang menarik.

Menurut Hafidz, harus ada perubahan asumsi terlebih dulu supaya mereka paham bahwa banyak potensi yang bisa digali dari bidang pangan.

Setelah itu diharapkan terjadi peningkatan minat generasi muda untuk masuk ke sekolah menengah kejuruan (SMK) di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan perkebunan. 

“Pada fungsi edukasi inilah peran Badan Bahasa, dengan mengedukasi sumber bacaan bertema pangan. Karena dari pemetaan, literatur tentang pangan itu masih sedikit, animonya pun kecil,” jelas Hafidz.

Untuk itu, Badan Bahasa menyatakan siap untuk menyediakan buku-buku dan konten literasi yang berhubungan dengan ketahanan pangan, serta bekerja sama dalam pengembangan kurikulum vokasi yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha.

Rencana Proyek Perubahan

Dalam pelaksanaan program-program itu, Rencana Proyek Perubahan (RPP) dibuat untuk menjadikan literasi sebagai fondasi penguatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) industri pangan.

Proyek ini berfokus pada penyusunan, implementasi, dan internalisasi model literasi pangan yang menjembatani dunia pendidikan vokasi dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). 

Kerja sama pun dilakukan dengan melibatkan Kemendikdasmen; Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus; serta Badan Bahasa. 

Selain itu, terlibat pula Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP); sekolah menengah kejuruan (SMK) bidang pangan, kementerian terkait, pelaku industri, serta komunitas literasi dan petani.

Hafidz Muksin menjelaskan, RPP ini menyangkut empat aspek. Pertama, yaitu menumbuhkan literasi pangan dengan menyusun kebijakan di bidang literasi dan menyediakan sumber-sumber bacaan di bidang literasi pangan. 

Aspek kedua adalah kurikulum yang selaras dengan kebutuhan industri pangan dan disusun di bawah koordinasi BSKAP.

Fungsinya untuk mengidentifikasi rencana aksi nasional bidang pangan dan gizi. Ada peta kebutuhan sesuai jenjang pendidikan mulai PAUD, SD, SMP, hingga SMA. 

“Nantinya disusun dalam bentuk panduan implementasi di masing-masing satuan pendidikan. Jadi ada rencana aksi nasional yang berkelanjutan dari 2025-2029,” ucapnya.

Aspek ketiga adalah peningkatan kualitas SDM untuk meningkatkan kompetensi guru dengan memberi pelatihan di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV).

Targetnya adalah guru-guru SMK sehingga mereka paham kurikulum dengan baik, kemudian mengimplementasikan dan mengimbaskan kepada anak didiknya.

“Sehingga dari SDM unggul inilah lahir anak-anak SMK yang sudah belajar tentang kebutuhan industri dan jadi wirausaha,” imbuh Hafidz.

Aspek keempat adalah taut suai yang menekankan pentingnya penyelarasan antara dunia pendidikan dan industri. Upayanya melalui identifikasi potensi-potensi kemitraan. 

Realisasinya berupa penyelarasan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri. Ada pula kesempatan magang bagi lulusan SMK di dunia industri sehingga kompetensi mereka betul-betul sesuai kebutuhan industri.

“Jadi jangan sampai sekolah mengajar apa, tapi industri perlunya apa, enggak match. Sehingga kita satukan,” tambahnya. 

Tidak hanya itu, pengutamaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam lingkup literasi pangan, khususnya dalam pendidikan vokasi dan industri pangan, juga penting untuk diperhatikan. 

Hafidz mengungkapkan bahwa Badan Bahasa terus mengembangkan kamus istilah di bidang pangan sehingga modul pengajaran bukan menggunakan bahasa asing, melainkan bahasa Indonesia. 

Untuk itu, disusunlah padanan istilah asing di bidang pangan sesuai klasifikasi, misalnya pertanian, peternakan, dan perkebunan.

“Kita kawal agar saat menggunakan istilah sudah ada kamusnya sehingga mengarahkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah,” tuturnya.

Kerja sama LAN dan Badan Bahasa

Berkaitan dengan hal itu, Deputi Bidang Penyelenggaraan Pengembangan Kompetensi Lembaga Administrasi Negara (LAN), Basseng, menuturkan bahwa pihaknya pun ikut berperan dalam gerakan literasi pangan melalui pembekalan kompetensi kepada aparatur sipil negara (ASN) dan berbagai pihak terkait.

Dalam hubungan dengan Badan Bahasa, bisa dilihat kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan melalui perubahan pada sekolah menengah kejuruan (SMK). 

“SMK diarahkan supaya bisa terkait erat dengan dunia industri. Artinya, para siswa dan produk-produk SMK bisa berkontribusi terhadap industri di Indonesia,” ucap Basseng.

Ia berpendapat bahwa jika dikaitkan dengan tugas Badan Bahasa, dalam konteks peningkatan literasi pangan, bahasa Indonesia bisa lebih dikembangkan lagi melalui penambahan kosakata baru yang terkait dengan industri pangan.

“Misalnya jenis makanan baru akibat adanya berbagai inovasi, tentu perlu nama baru sehingga kosakata bahasa Indonesia makin bertambah. Semoga dalam jangka panjang jumlahnya bisa sama dengan kosakata dalam bahasa Inggris,” imbuh Basseng.

Asta Cita

Untuk diketahui, isi dari Asta Cita Keempat Presiden Prabowo Subianto yaitu memperkuat pembangunan sumber daya manusia, sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender serta penguatan perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.

Hal itu bermaksud bahwa pentingnya peningkatan kualitas pendidikan, vokasi, sains, teknologi, dan bahasa sebagai fondasi pembangunan SDM unggul.

Adapun Asta Cita Kelima berisi tentang percepatan hilirisasi dan industrialisasi guna meningkatkan nilai tambah dalam negeri, termasuk di sektor pangan dan pertanian, demi memperkuat kemandirian ekonomi desa dan memperluas dampak ekonomi produktif.

Poin ini memberi tekanan pada industrialisasi dan hilirisasi industri pangan sebagai pendorong ekonomi nasional berbasis desa yang produktif.

https://www.kompas.com/edu/read/2025/09/29/105845771/pentingnya-literasi-pangan-dukung-dunia-industri-yang-berkelanjutan

Bagikan artikel ini melalui
Oke