Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dosen UMBY Edukasi Kader Posyandu soal Pertolongan Pertama Psikologis

KOMPAS.com – Jumlah warga di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang mengalami gangguan kesehatan jiwa cukup tinggi.

Banyaknya warga di Gunungkidul yang mengalami gangguan kesehatan jiwa bisa dilihat sebagai kombinasi dari beberapa faktor.

Seperti tekanan sosial-ekonomi dan kondisi lingkungan yang menantang. Faktor biologis atau genetik individu, seperti schizofrenia. Hingga perubahan sosial yang cepat, terutama di kalangan muda.

Meski jumlah warga yang mengalami gangguan kesehatan jiwa cukup banyak namun sayangnya, sebagian besar desa masih minim layanan kesehatan jiwa, bahkan banyak yang belum memiliki kader khusus.

Dapat hibah dari Kemendikti

Untuk menjawab tantangan tersebut, tim dosen dari Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) mengadakan pengabdian masyarakat di Karangduwet, Gunungkidul, DIY.

Program tersebut merupakan hasil hibah dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) melalui skema Pengabdian kepada Masyarakat (PKM).

Tim PKM diketuai Kondang Budiyani, M.A., Psikolog, dengan anggota Ros Patriani Dewi, M.Psi., Psikolog dan Eka Aryani, M.Pd.

Kader Posyandu diberdayakan menjadi kader kesehatan jiwa (keswa) karena sebelumnya desa ini belum memiliki kader keswa.

Pelatihan diberikan oleh Ardi Primasari, M.Psi., Psikolog dengan materi meliputi pengenalan konsep PFA (Psychological First Aid atau Pertolongan Pertama Psikologis), keterampilan komunikasi empatik, strategi dukungan psikososial dasar, hingga simulasi kasus melalui role play.

Kondang Budiyani mengatakan, pemilihan lokasi pengabdian masyarakat di Karangduwet, Gunungkidul karena tingginya kasuh bunuh diri.

Serta tingginya stigma negatif terhadap masalah kesehatan mental dan masih keterbatasan ketersediaan profesional kesehatan mental

“Kami pilih lokasi pengadian di Karangduwet juga karena stigma dan kurangnya dukungan sosial yang memadai. Kegiatan berlangsung interaktif melalui diskusi, tanya jawab, dan praktik konseling sehingga kader tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mempraktikkan keterampilan dasar PFA dalam kehidupan sehari-hari,” kata Kondang Budiyani kepada Kompas.com, Rabu (22/10/2025).

Kesehatan mental berdampak pada kualitas hidup masyarakat

Menurutnya, isu kesehatan mental (kesmen) semakin penting karena berdampak besar pada kualitas hidup masyarakat.

Tidak hanya di perkotaan, warga pedesaan juga menghadapi tekanan psikologis akibat masalah ekonomi, konflik keluarga, hingga bencana alam.

Kondang menegaskan pentingnya pelatihan ini. Tim dosen ingin kader Posyandu tidak hanya berperan menjaga kesehatan fisik masyarakat, khususnya ibu dan anak, tetapi juga dapat menjadi garda yang mampu memberikan dukungan psikologis.

“Kehadiran kader keswa sangat penting untuk menciptakan desa yang lebih peduli kesehatan jiwa,” ungkapnya.

Acara ini turut dihadiri oleh Pamong Kelurahan Karangduwet yaitu Budi Paliyanto selaku Lurah Karangduwet beserta jajarannya. Kehadiran mereka menjadi wujud dukungan penuh terhadap penguatan kapasitas kader.

“Kami sangat mendukung kegiatan ini karena kesehatan mental sering terabaikan. Dengan adanya kader keswa, masyarakat bisa mendapatkan pertolongan awal segera mungkin,” ujar Carik Kelurahan Karangduwet Istiyani Kawestri.

Para kader menyambut positif kegiatan ini. Selama ini kader Posyandu lebih fokus pada kesehatan ibu dan anak.

“Setelah ikut pelatihan PFA, kami jadi tahu bagaimana memberi dukungan pada warga yang sedang stres atau punya masalah,” tutur Lanjar Mujiyati selaku Ketua Kader.

Melalui pelatihan ini, Kelurahan Karangduwet diharapkan memiliki jejaring kesehatan jiwa berbasis komunitas yang dapat menjadi model bagi desa-desa lain di Gunungkidul.

Program ini juga membuka peluang keberlanjutan pendampingan sehingga kader dapat terus memperkuat peran mereka di bidang kesehatan mental.

Kondang menambahkan, dalam kegiatan PKM ini juga sedang dalam proses pembuatan aplikasi mobile bernama KeswaCare yang bertujuan untuk membekali Kader Keswa dengan sarana digital yang mendukung tugas mereka di lapangan.

Aplikasi ini berisi materi edukasi tentang Psychological First Aid (PFA) sebagai panduan dasar dalam memberikan pertolongan pertama psikologis, profil Kader Keswa, logbook kunjungan untuk mencatat aktivitas pendampingan warga secara terstruktur, serta form rujukan yang memudahkan kader melaporkan kasus ke tenaga kesehatan atau Puskesmas.

Kondang menjelaskan, pertolongan pertama yang bisa dilakukan untuk gangguan kesehatan jiwa yakni dengan melakukan 3 model efektif, look, listen link.

Serta mengidentifikasi kebutuhan mendesak, mendengarkan kebutuhan dan kesulitan dampingan, dan melakukan referal kepada profesional untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut

“Melalui KeswaCare, kegiatan kader menjadi lebih terarah, terdokumentasi, dan mudah dimonitor oleh tim pendamping maupun instansi kesehatan terkait,” imbuh Kondang.

https://www.kompas.com/edu/read/2025/10/22/111500671/dosen-umby-edukasi-kader-posyandu-soal-pertolongan-pertama-psikologis

Bagikan artikel ini melalui
Oke