Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu 17+8 Tuntutan Rakyat yang Viral di Medsos, Artis Ikut Mengunggahnya

Kompas.com - 04/09/2025, 18:36 WIB
Melvina Tionardus,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan berjudul "17+8 Tuntutan Rakyat" beberapa hari ini berseliweran di media sosial (medsos) karena warganet Indonesia ramai-ramai membagikannya di akun masing-masing.

Tuntutan Rakyat ini muncul seiring dengan situasi unjuk rasa dari rakyat kepada DPR dan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

Unggahan berwarna dominasi hijau dan pink ini digagas oleh influencer Tanah Air dari berbagai latar belakang dan domisili.

Seperti Salsa Erwina Hutagalung, Jerome Polin, Abigail Limuria, Andovi Da Lopez, Andhyta F Utami, dan Fathia Izzati vokalis band Reality Club.

Mereka merangkum aspirasi masyarakat sipil yang berharap perubahan dari negeri ini.

Terbentuknya tuntutan 17+8

Salsa yang tinggal di Denmark bercerita kepada program Obrolan Newsroom Kompas.com bahwa awalnya merangkum 12 poin tuntutan secara organik.

Baca juga: BEM UI Temui DPR, Minta Pembentukan Tim Investigasi Usut Kekerasan di Aksi Demo

Lalu 12 tuntutan itu diunggah ke akun Instagram @salsaer untuk meminta pendapat warganet dan persetujuan mereka.

"Aku juga udah dikejar-kejar (warganet) terus, 'Kak, tolong Kak itu sudah chaos dan lain sebagainya'. Nah, akhirnya keluarlah si 12 tuntutan dan itu pun aku sudah bikin voting dulu, dan ada sekitar 200.000 (akun) yang bilang 'Ya lanjut' gitu," ucap Salsa pada Rabu (3/9/2025), dikutip dari YouTube Kompas.com.

Kemudian umpan balik dari para warganet, termasuk Jerome, di unggahan tersebut ia rangkum dan ditambahkan ke tuntutan semula.

Keesokan harinya Jerome menghubungi Salsa untuk berdiskusi lebih mendalam bersama beberapa influencer lain dan mereka yang bekerja di organisasi non-pemerintah.

"Ternyata mereka itu sedang berdiskusi untuk ngebuat lebih align lagi. Kalau yang kemarin itu kan aku buat cuma karena dari hasil komen kan. Nah, yang ini tuh udah lebih align lagi," ungkap Salsa.

Adanya perbedaan waktu membuat Salsa bergabung belakangan, ketika rekan-rekannya sudah berdiskusi lebih jauh.

"Bahkan mereka udah memfinalisasi sampai ke siapa harus melakukan apa. Ini tugasnya Kapolri apa, tugasnya presiden apa, tugasnya siapa apa gitu, udah dibikin sampai sejauh itu gitu. Kita kalau enggak salah kita telepon selama 3 jam," tutur Salsa.

Baca juga: Pemprov DKI Akan Cabut KJP dan KJMU Pelajar yang Demo dengan Anarkis

Bagi Salsa sendiri yang penting adalah menetapkan batas akhir atau deadline.

"Karena kalau ini enggak ada deadline, akhirnya ini akan menjadi suara-suara yang akan hilang terbawa angin," ucap lulusan jurusan Hubungan Internasional dari UGM ini.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau