Selain itu, Jepang juga menanamkan nilai empati melalui kegiatan budaya seperti hansei (refleksi diri) dan kyōiku no kokoro (pendidikan hati).
Setiap akhir semester, siswa diajak merefleksikan perilaku mereka terhadap teman-teman sekelas, sebagai bagian dari pendidikan moral dan sosial.
Baca juga: Pentingnya Edukasi Penggunaan Medsos pada Siswa, Bisa Cegah Cyber Bullying
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi (MEXT) Jepang melaporkan pada 2024 bahwa lebih dari 80 persen sekolah dasar dan menengah kini memiliki sistem pelaporan digital untuk memudahkan siswa melaporkan kasus bullying secara anonim.
“Anak-anak harus tahu bahwa mereka tidak sendirian, dan sekolah adalah tempat yang aman untuk tumbuh,” ujar perwakilan MEXT, dikutip dari The Japan Times.
Baik Singapura maupun Jepang sama-sama menunjukkan bahwa keberhasilan mencegah perundungan bukan hanya bergantung pada regulasi, tetapi juga pada budaya empati dan kepedulian sosial di lingkungan sekolah.
Pendekatan yang memadukan kebijakan, edukasi, dan dukungan psikologis ini dinilai dapat menjadi inspirasi bagi negara lain, termasuk Indonesia, dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, inklusif, dan sehat bagi seluruh siswa.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang