Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinjau CH School, Wamen Kemdikdasmen dan Kepala BSKAP Sebut Kolaborasi AI Bisa Jadi Bagian Pendidikan

Kompas.com - 30/10/2025, 13:44 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Inovasi dan relevansi dalam dunia pendidikan tidak selalu harus menunggu perubahan struktural besar pemerintah. Sejumlah pakar menilai relevansi pendidikan harus dimulai dari kelas yang berani bereksperimen dan transparan, tanpa harus menunggu perubahan kebijakan formal.

Hal ini mengemuka dalam kunjungan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Atip Latipulhayat dan Kepala BSKAP, Prof. Toni Toharudin ke Sekolah Cendekia Harapan (CH School), Badung, Bali (29/10/2025).

Kunjungan bertujuan meninjau langsung implementasi pembelajaran berbasis teknologi dan kecerdasan buatan (AI) di CH School bertepatan peringatan 22 tahun CH School sebagai pelopor human–AI collaboration di ruang kelas Indonesia.

Ketua Yayasan, Lidia Sandra menegaskan, “teknologi harus tunduk pada tujuan kemanusiaan: cerdas, beretika, berdaya cipta. Human–AI collaboration dipakai untuk menajamkan nalar, bukan menggantikannya.”

Dalam kesempatan sama, Prof. Atip menyebut praktik di CH School sebagai isyarat arah bagi ekosistem pendidikan: relevansi tidak harus menunggu perubahan regulasi, tetapi dapat dimulai dari kelas yang berani bereksperimen dan transparan.

Prof. Toni menilai pendekatan CH School selaras dengan mandat standar dan asesmen yang menekankan fleksibilitas kurikulum, literasi teknologi, dan penguatan karakter. “Yang tampak di sini bukan sekadar keterampilan abad ke-21, tetapi juga kebijaksanaan abad ke-21,” ujarnya.

Dalam kegiatan ini, siswa SD, SMP, dan SMA diberikan kesempatan memaparkan proyek lintas disiplin. Bernagai inovasi dihasilkan mulai dari rancangan pengelolaan sampah berbantuan AI, aplikasi dengan etika lingkungan, hingga analisis sosial berbasis data.

Setiap karya disertai Human–AI Collaboration Statement yang merinci porsi bantuan AI dan porsi nalar siswa, lengkap dengan tautan riwayat percakapan mereka dengan alat AI.

Pendekatan ini membuka ruang penilaian proses berpikir secara transparan dan membiasakan integritas akademik digital sejak dini.

Lebih jauh Lidia Sandra menyampaikan, transformasi di CH School bertolak dari peta kebutuhan industri dan masyarakat di era VUCA mulai dari literasi klasik, human literacy, technology literacy, dan data literacy.

"Integrasi STEM, coding, dan AI dibenamkan ke seluruh mata pelajaran melalui storytelling, role play, problem-based learning, studi kasus, dan eksperimen," ungkap Lidia.

Ekosistem keluarga–sekolah dipererat lewat Parent As Learners (PALS), panduan orang tua, dan orientasi berkelanjutan, sementara kolaborasi guru–siswa ditopang LMS dan MyCH untuk asesmen yang mengakui kolaborasi manusia–AI secara akuntabel.

Dampak pembelajaran tampak lintas jenjang: TK memperkuat logika konkret sesuai tahap perkembangan; SD menulis algoritma, membuat animasi, dan gim sederhana.

Siswa SMP–SMA terekspos advanced programming, Python, pengembangan situs, data science, machine learning, hingga complex systems, termasuk pengalaman magang.

Sebagian karya siswa tingkat menengah telah terbit sebagai HAKI, buku, dan artikel, memperlihatkan kesinambungan antara keterampilan teknis dan kejujuran proses.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau