SANAA, KOMPAS.com - Kelompok Houthi di Yaman kembali melancarkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Mereka menyatakan tujuan aksi ini tetap sama, yaitu menekan Israel untuk menghentikan serangan militernya di Gaza.
Langkah Houthi ini dinilai berisiko mengguncang perdagangan maritim global sekaligus mengancam kesepakatan gencatan senjata yang telah dicapai dengan Amerika Serikat.
Dua kapal yang diserang awal pekan ini, yakni Magic Seas dan Eternity C, dituduh memiliki hubungan dagang dengan Israel.
Serangan terbaru ini terjadi pada momentum yang sensitif. Di satu sisi, Washington dan Teheran tengah menjajaki perundingan pascaperang berdarah selama 12 hari antara Iran dan Israel.
Namun di sisi lain, Hamas dan Israel juga sedang mengadakan negosiasi gencatan senjata di Qatar.
Mengapa Houthi melancarkan serangan lagi?
Kelompok Houthi yang didukung Iran ini telah mencatatkan lebih dari 100 serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden sejak November 2023, menurut data dari Pusat Informasi Maritim Gabungan yang dikelola angkatan laut Barat.
Mereka sempat menghentikan serangan saat terjadi gencatan senjata singkat di Gaza awal tahun ini, namun kembali meluncurkan serangan akhir pekan lalu.
Pemimpin politik Houthi, Mahdi al-Mashat, bahkan menyampaikan kepada delegasi Hamas di Doha untuk “bernegosiasi dengan kepala tegak, karena kami bersama Anda dan semua sumber daya rakyat kami akan mendukung Anda sampai perang berakhir.”
Namun, analis menilai langkah Houthi bukan sekadar bentuk solidaritas terhadap Gaza.
“Ini adalah pengingat dari Garda Revolusi, melalui sekutu terpentingnya (Houthi), bahwa jika putaran (pertempuran) sebelumnya ditahan, itu bisa diaktifkan kembali,” ujar Maged al-Madhaji, ketua Pusat Studi Strategis Sanaa, dikutip dari AFP pada Jumat (11/7/2025).
Sementara itu, peneliti di Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat, Noam Raydan, menambahkan, Houthi tetap memantau pergerakan kapal selama jeda serangan. “Mereka memastikan keberadaan mereka selalu terasa,” katanya.
Ambisi Houthi lebih dari sekadar proksi Iran
Meski mendapat dukungan penuh dari Iran, Houthi disebut memiliki ambisi politik dan militer tersendiri.
Peneliti Chatham House, Farea Al-Muslimi, menyebut serangan Houthi sebagai “langkah kekuatan” untuk menunjukkan pengaruh mereka di tingkat regional dan internasional.
Situasi saat ini juga membuat posisi Houthi semakin kuat, seiring melemahnya Hamas dan Hizbullah akibat perang Israel di Gaza dan Lebanon.
Houthi bahkan telah beberapa kali menjadi sasaran serangan udara Israel sebagai balasan atas serangan pesawat nirawak dan rudal yang mereka lancarkan.
Di sisi lain, Washington sempat meluncurkan kampanye pemboman intensif terhadap Houthi awal tahun ini.
Namun, kampanye itu berakhir pada Mei, seiring tercapainya kesepakatan gencatan senjata yang salah satu isinya mencakup penghentian serangan Houthi terhadap kapal-kapal internasional.
“Meski kampanye AS sempat memukul komunikasi dan kemampuan militer Houthi, mereka memiliki persediaan besar dan mampu membangun kembali komunikasi dengan cepat,” ujar Muslimi. Ia menambahkan, kekuatan maritim Houthi kini meningkat pesat.
Bahkan, serangan terhadap pelayaran dinilai lebih efektif untuk menekan Barat ketimbang serangan langsung ke Israel.
“Serangan-serangan itu terbukti cara yang sangat efisien untuk membuat seluruh Barat, dan sebagian besar Timur, berdarah,” ujar Muslimi.
Dampak bagi perdagangan global
Diketahui, serangan Houthi telah memicu gangguan besar pada jalur pelayaran vital di Selat Bab al-Mandeb dan Laut Merah, yang biasa dilalui sekitar 12 persen perdagangan global.
Premi asuransi pelayaran melonjak. Banyak perusahaan akhirnya memilih jalur memutar melalui ujung selatan Afrika, yang memakan waktu lebih lama.
“Transit melalui Selat Bab al-Mandeb kini turun lebih dari 50 persen dibandingkan 2023,” kata Raydan.
Raydan menambahkan, para anggota kelompok Houthi memanfaatkan berkurangnya kehadiran angkatan laut di wilayah itu untuk melancarkan serangan.
“Houthi tampaknya memiliki lebih banyak kebebasan sekarang untuk menyerang kebebasan navigasi,” ujarnya.
Situasi ini juga memunculkan tanda tanya besar atas masa depan gencatan senjata rapuh antara Houthi dan Amerika Serikat.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menyerukan tindakan internasional untuk menghentikan Houthi. “Jika Houthi tidak dilawan, masalah ini hanya akan semakin besar,” tegasnya.
https://www.kompas.com/global/read/2025/07/11/214900470/houthi-lanjutkan-serangan-terhadap-kapal-di-laut-merah-tujuannya-masih