KOMPAS.com - Sejumlah negara Arab mengecam pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengobarkan ide "Israel Raya".
Mereka menilai pernyataan tersebut sebagai ancaman terhadap kedaulatan negara-negara di kawasan, di tengah situasi regional yang memanas.
Istilah Israel Raya merujuk pada interpretasi Alkitab mengenai wilayah Israel pada masa Raja Sulaiman, sebagaimana dilansir AFP, Kamis (14/8/2025).
Israel Raya bukan hanya mencakup Palestina saat ini, tetapi juga sebagian wilayah Yordania, Lebanon, dan Suriah modern.
Kalangan ultra-nasionalis Israel sebelumnya telah menyerukan agar wilayah-wilayah tersebut dikuasai.
Dalam wawancara dengan i24NEWS, Selasa (12/8/2025), pewawancara Sharon Gal menanyakan apakah Netanyahu mendukung visi Israel Raya, dia menjawab tentu saja.
"Jika Anda bertanya kepada saya apa yang saya pikirkan, kami siap," ujar Netanyahu.
Netanyahu kemudian berbicara mengenai pendirian Israel dan misi besar untuk menjamin kelangsungan keberadaannya.
Yordania, pada Rabu (13/8/2025) mengecam pernyataan tersebut sebagai eskalasi yang berbahaya dan provokatif serta ancaman terhadap kedaulatan negara.
"Retorika provokatif ini adalah klaim delusi," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania.
Pada hari yang sama, Mesir menyatakan telah meminta klarifikasi terkait pernyataan Netanyahu.
Pemerintah Mesir menilai gagasan tersebut sama saja dengan penolakan terhadap opsi perdamaian di kawasan.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Irak pada Kamis juga mengkritik keras pernyataan Netanyahu.
Menurut Irak, pernyataan Netanyahu mencerminkan ambisi ekspansionis Israel dan merupakan provokasi yang jelas terhadap kedaulatan negara.
Di satu sisi, Qatar, yang berperan sebagai mediator dalam konflik Gaza, menyebut pernyataan Netanyahu absurd dan provokatif.
Pernyataan Netanyahu muncul di tengah perang yang telah berlangsung 22 bulan antara Israel dan kelompok milisi Palestina, Hamas, di Jalur Gaza.
Konflik itu kerap merembet ke wilayah lain di Timur Tengah dan memicu kecaman luas dari dunia Arab.
Penaklukkan Gaza
Isu perluasan wilayah Israel mengemuka saat sejumlah anggota sayap kanan kabinet Netanyahu mendesak penaklukan Gaza dan aneksasi Tepi Barat.
Pemerintah Israel baru-baru ini juga menyetujui serangkaian pembangunan permukiman baru yang dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Arab Saudi pada Rabu (13/8/2025) menolak total terhadap gagasan dan rencana kolonisasi serta ekspansi yang diadopsi oleh otoritas pendudukan Israel.
Riyadh menegaskan kembali hak historis dan hukum rakyat Palestina untuk mendirikan negara merdeka mereka.
Pada Februari 2025, Netanyahu juga menuai kecaman negara-negara Arab setelah dalam sebuah wawancara televisi ia menyarankan pembentukan negara Palestina di tanah Saudi.
Dalam wawancara dengan i24NEWS pada Selasa lalu, Netanyahu kembali mengusulkan agar warga Palestina diizinkan meninggalkan Gaza.
"Kami tidak mengusir mereka, tetapi kami membiarkan mereka pergi," ujar Netanyahu.
https://www.kompas.com/global/read/2025/08/14/221400370/negara-negara-arab-murka-netanyahu-kobarkan-israel-raya-situasi-panas