Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Frustasi Nasib Sandera di Gaza, Ribuan Warga Israel Demo Tuntut Akhiri Perang

YERUSALEM, KOMPAS.com - Warga Israel, yang frustrasi dengan keselamatan para sandera dan eskalasi perang di Gaza, menggelar unjuk rasa terbesar dalam 22 bulan terakhir pada Minggu (17/8/2025).

Dilansir dari AP News pada Senin (18/8/2025), para penyelenggara, yang mewakili keluarga sandera, menegaskan bahwa ratusan ribu orang ikut serta turun ke jalanan.

Rencana ofensif militer di beberapa wilayah di Gaza yang paling padat penduduk memicu frustrasi warga Israel.

Banyak warga Israel khawatir hal itu dapat lebih membahayakan sandera yang tersisa. Dari 50 sandera yang masih ada di Gaza, 20 di antaranya diyakini masih hidup.

“Kami hidup di antara organisasi yang menahan anak-anak kami dan pemerintah yang menolak membebaskan mereka karena alasan politik,” kata Yehuda Cohen, yang anaknya Nimrod ditahan di Gaza.

Bahkan, beberapa mantan kepala intelijen dan militer Israel kini menyerukan kesepakatan untuk mengakhiri pertempuran.

Para demonstran berkumpul di puluhan lokasi termasuk di depan rumah politikus, markas militer, dan jalan raya utama.

Mereka memblokade jalur dan menyalakan api unggun. Beberapa restoran dan teater ditutup sebagai solidaritas.

Polisi mengatakan, mereka menangkap 38 orang.

Seorang pengunjuk rasa membawa foto seorang anak Palestina yang kurus dari Gaza.

Gambar seperti ini dulu jarang muncul di demonstrasi Israel, tetapi kini lebih sering terlihat seiring kemarahan meningkat atas kondisi di wilayah itu setelah lebih dari 250 kematian terkait malanutrisi.

Netanyahu menentang unjuk rasa warganya

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menginginkan peningkatan operasi militer di Gaza, menghadapi tekanan yang saling bertentangan, termasuk kemungkinan pemberontakan dari koalisinya.

“Mereka yang hari ini menyerukan akhir perang tanpa mengalahkan Hamas bukan hanya memperkuat posisi Hamas dan menunda pembebasan sandera kami, tetapi juga memastikan kengerian 7 Oktober akan terulang,” kata Netanyahu.

Peristiwa itu merujuk pada serangan Hamas pada 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan memicu perang Israel hari ini di Gaza.

Terakhir kali Israel menyetujui gencatan senjata yang membebaskan beberapa sandera awal tahun ini, anggota kabinet sayap kanan mengancam akan menjatuhkan pemerintahan Netanyahu.

Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich juga mengolok unjuk rasa masyarakat pada Minggu.

“Demonstrasi buruk dan merugikan yang menguntungkan Hamas, mengubur sandera di terowongan dan berupaya memaksa Israel menyerah kepada musuhnya serta membahayakan keamanan dan masa depan negara,” ujar Smotrich.

Pada hari yang sama di Gaza, pihak rumah sakit dan saksi melaporkan militer Israel telah membunuh lagi sedikitnya 17 orang pencari bantuan, termasuk sambilan orang yang menunggu truk bantuan PBB di koridor Morag.

Adapun dua anak dan lima orang dewasa meninggal akibat malanutrisi pada Minggu.

“Pilihan saya hanya ini, mengambil risiko atau menunggu keluarga saya mati kelaparan,” kata Hamza Asfour, yang berada di lokasi saat insiden terjadi.

Militer Israel belum memberikan komentar mengenai korban sipil yang dibunuh pasukannya tersebut.

Dari awal perang berkobar hingga kini, serangan udara dan darat Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 61.900 orang, setengahnya wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

PBB memperingatkan tingkat kelaparan dan malnutrisi di Gaza berada pada level tertinggi sejak perang dimulai, sementara aliran bantuan terus dibatasi meski ada pembukaan sebagian jalur logistik oleh Israel.

https://www.kompas.com/global/read/2025/08/18/142848170/frustasi-nasib-sandera-di-gaza-ribuan-warga-israel-demo-tuntut-akhiri

Bagikan artikel ini melalui
Oke