BEIJING, KOMPAS.com - Perusahaan internet besar di China, termasuk Tencent dan NetEase, telah mengumumkan tindakan keras terhadap apa yang disebut nasionalisme ekstrem di dunia maya, khususnya sentimen anti-Jepang.
Langkah ini menyusul insiden tragis di Suzhou, di mana seorang wanita China tewas saat mencoba melindungi seorang ibu dan anak Jepang dari serangan pisau.
Insiden tersebut menarik perhatian publik. Tencent menyatakan bahwa beberapa netizen telah menghasut konfrontasi antara China dan Jepang, memprovokasi nasionalisme ekstrem.
Baca juga: Diperkirakan 68.000 Orang Jepang Meninggal Sendirian di Rumah Selama 2024
Dilansir dari Guardian, Tencent, yang memiliki aplikasi perpesanan WeChat, dan NetEase, mengumumkan akan menyelidiki dan melarang pengguna yang memicu kebencian.
Peristiwa tragis itu terjadi ketika seorang pria pengangguran bernama Zhou menikam seorang ibu dan anak Jepang di halte bus di luar sekolah Jepang di Suzhou.
Hu Youping, seorang wanita China yang mencoba melerai serangan tersebut, meninggal akibat luka-lukanya.
Kepahlawanannya dipuji secara luas, dengan bendera Jepang dikibarkan setengah tiang di kedutaan besar Jepang di China.
Namun, di media sosial, reaksi nasionalis yang ekstrem muncul. Weibo, platform mirip Twitter dengan 588 juta pengguna aktif bulanan, melaporkan bahwa beberapa pengguna mempublikasikan komentar ekstrem yang menghasut sentimen nasionalis dan mempromosikan kebencian.
Douyin, aplikasi video pendek seperti TikTok, juga berjanji untuk menyelidiki xenofobia ekstrem di platformnya.
Fenomena nasionalisme ekstrem ini telah berkembang pesat di internet China, yang biasanya diawasi ketat. Video yang mengolok-olok sekolah Jepang sangat populer, dan banyak pengguna media sosial melihat hubungan antara xenofobia online dan serangan di dunia nyata.
Baca juga: Mata Uang Melemah, Jepang Bakal Ganti Wamenkeu yang Baru
Weibo mengklaim telah menghapus 759 konten ilegal, sementara Tencent menangani 836 unggahan yang melanggar peraturan. Beberapa akun juga telah diblokir di kedua platform tersebut.
Meskipun demikian, ada kritik terhadap langkah perusahaan internet ini. Beberapa pengguna menuduh platform-platform tersebut sebagai musuh China.
Baca juga: Korea Utara Sebut Hubungan AS, Jepang, dan Korea Selatan NATO Versi Asia
Pihak berwenang China menyatakan bahwa serangan pisau ini adalah insiden yang terisolasi, serupa dengan insiden sebelumnya di mana empat pendidik AS ditikam di provinsi Jilin.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini