Sementara Netanyahu adalah tokoh kunci dalam politik Timur Tengah, yang “dimitoskan” tak tergantikan oleh sosok lain. Dia telah mengakar puluhan tahun dalam percaturan politik Israel.
Netanyahu paham sekali bahwa perisai internasional bagi dirinya bukan sekadar aliansi, tetapi memastikan bahwa dirinya tidak bisa digantikan. Andaikan dirinya dikoyak-koyak, kepentingan geopolitik global di Timur Tengah pasti terganggu.
Netanyahu mengondisikan dunia untuk percaya bahwa setiap ancaman terhadap dirinya adalah ancaman terhadap eksistensi global.
Duterte tidak pernah membangun “mitos” pertahanan politik seperti itu di tingkat internasional.
Seolah-olah Netanyahu memberitahu dunia bahwa tidak peduli seberapa brutal kebijakan yang diterapkannya, selama ia masih berharga bagi “pemain besar dunia”, hukum internasional bisa dinegosiasikan.
Baca juga: Pertarungan Politik di Balik Penangkapan Duterte
Adapun Duterte hanyalah “pion kecil” dalam papan catur global yang mudah dipakai, tapi juga mudah dibuang.
Duterte berhasil memerintah dengan tangan besi di Filipina, tetapi dia gagal membangun jaringan perlindungan internasional.
Netanyahu, meskipun sama menggunakan tangan besi dalam kebijakan militer negaranya, memahami benar bahwa “pemain dunia” akan menjaganya tetap aman.
Terbukti, dunia internasional bekerja berdasarkan kekuatan dan untung rugi politik, bukan berdasarkan keadilan.
Duterte sudah tidak lagi berguna, sementara Netanyahu masih menjadi kartu penting dalam strategi geopolitik global.
Semakin yakin dari kasus Duterte bahwa hukum internasional pada dasarnya adalah papan catur politik. Ia bisa ditegakkan dengan ketat terhadap mereka yang lemah, tetapi bisa “diadutawarkan” bagi mereka yang memiliki kekuatan.
Tampaknya, para pemimpin di dunia sebaiknya belajar dari Netanyahu, bukan Duterte, jika ingin bertahan dalam sistem global.
Para pemimpin dunia harus memahami bahwa bertahan dalam sistem global membutuhkan lebih dari sekadar kepemimpinan domestik yang kuat, tapi juga membutuhkan jaringan perlindungan internasional yang kuat.
Baca juga: Jejak Perang Narkoba Rodrigo Duterte yang Konon Tewaskan 6.000 Orang
Jika Duterte adalah pemimpin negara yang memiliki pangkalan militer AS yang sangat strategis, atau memiliki kendali atas sumber-sumber mineral yang vital bagi ekonomi global, nasibnya mungkin akan semujur Netanyahu.
Netanyahu bahkan tidak perlu berusaha membela dirinya di pengadilan internasional, karena para “bodyguard internasional” sudah berlomba membela dan melindunginya.