Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Korban Tewas Gempa Myanmar Meningkat Jadi 3.354 Orang, 4.508 Terluka

Kompas.com - 05/04/2025, 14:47 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Media pemerintah Myanmar pada Sabtu (5/4/2025) mengungkapkan, jumlah korban tewas akibat gempa Myanmar telah meningkat menjadi 3.354 orang.

Selain itu, sebanyak 4.508 orang dilaporkan terluka. Hingga saat ini, 220 orang masih dalam pencarian.

Gempa berkekuatan magnitudo 7,7 yang mengguncang Myanmar ini menyebabkan kerusakan parah pada bangunan dan infrastruktur di berbagai wilayah.

Baca juga: Militer Myanmar Lancarkan Puluhan Serangan meski Terimbas Gempa dan Gencatan Senjata

Lebih dari seminggu setelah bencana, banyak warga yang masih terpaksa tinggal di luar rumah. Mereka khawatir akan potensi keruntuhan bangunan lebih lanjut atau karena rumah mereka telah hancur.

Menurut laporan AFP, lebih dari tiga juta orang diperkirakan terkena dampak langsung dari bencana ini.

Keadaan ini semakin memperburuk situasi yang sudah sulit akibat perang saudara yang berlangsung selama empat tahun.

Pada Sabtu, pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bantuan kemanusiaan bertemu dengan para korban di kota Mandalay, yang terletak dekat dengan episentrum gempa. Mandalay kini menghadapi kerusakan parah yang meluas ke seluruh kota.

"Kehancurannya sangat mengejutkan. Dunia harus bersatu di belakang rakyat Myanmar," kata Tom Fletcher, pejabat PBB, melalui unggahan di X.

Baca juga: Junta Myanmar Gencatan Senjata untuk Bantu Korban Gempa

Jumlah korban yang terus meningkat diumumkan setelah kepala junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing, kembali dari perjalanan ke Bangkok, Thailand.

Di sana, ia menghadiri pertemuan puncak regional dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin dari Thailand dan India.

Namun, kehadiran Hlaing dalam pertemuan tersebut menuai protes, dengan sejumlah pengunjuk rasa memajang spanduk yang menyebutnya sebagai "pembunuh". Kelompok anti-junta juga mengkritik keterlibatannya dalam acara itu.

Diketahui, junta militer Myanmar telah memerintah sejak kudeta pada 2021, yang menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi. Kudeta ini memicu konflik multi pihak yang hingga kini belum terselesaikan.

Sejak terjadinya gempa Myanmar, junta dilaporkan melakukan puluhan serangan, termasuk sedikitnya 16 serangan setelah diumumkannya gencatan senjata sementara pada Rabu.

Perang yang berkepanjangan telah menghancurkan ekonomi dan infrastruktur Myanmar, sehingga menyulitkan upaya internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan.

Meski begitu, negara-negara seperti China, Rusia, dan India segera mengirimkan tim penyelamat ke Myanmar untuk membantu pencarian korban selamat.

Baca juga: Gempa Myanmar: Perempuan 63 Tahun Terjebak Hampir 4 Hari Diselamatkan, 50 Anak-Guru PAUD Tewas

Amerika Serikat juga turut berperan dalam upaya bantuan bencana. Pemerintah AS mengumumkan tambahan dana bantuan senilai 7 juta dollar AS (sekitar Rp 114 miliar) setelah sebelumnya mengalokasikan 2 juta dollar AS (sekitar Rp 32 miliar).

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau