Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tiga Paus dari Afrika Mengubah Wajah Kekristenan Selamanya

Kompas.com - 06/05/2025, 16:18 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

 

Penulis: Catherine Heathwood/BBC Indonesia

KOMPAS.com - Afrika Utara saat ini didominasi umat Islam. Tapi kawasan ini dulunya adalah "jantung" agama Kristen yang telah melahirkan sejumlah Paus. Warisan mereka dapat dirasakan oleh jemaat Gereja hingga hari ini.

Wilayah kepausan mereka, yang berlangsung pada masa Kekaisaran Romawi, mencakup Tunisia modern, timur laut Aljazair, hingga pantai Libia barat.

"Afrika Utara adalah Sabuk Alkitab Kekristenan kuno," kata Profesor Christopher Bellitto, seorang sejarawan Kean University di Amerika Serikat (AS).

Setelah Paus Fransiskus wafat, banyak umat Katolik di Afrika berharap paus selanjutnya akan kembali berasal dari benua itu untuk pertama kalinya semenjak lebih dari 1.500 tahun yang lalu.

Melalui artikel ini, kita akan berjumpa dengan tiga paus dari Afrika dan bagaimana mereka membuat umat Kristen merayakan Minggu Paskah dan Hari Valentine.

Ketiganya telah diakui gereja sebagai santo alias orang kudus.

Baca juga: Mobil Paus Fransiskus Kini Jadi Klinik Keliling untuk Anak-anak Gaza

Victor I (189-199)

Paus Victor I.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Paus Victor I.

Dianggap berasal dari Berber (penduduk asli Afrika Utara), Paus Victor I memimpin Gereja Katolik pada saat pengikut Yesus Kristus dipersekusi oleh para pejabat Romawi karena menolak menyembah dewa-dewa Romawi.

Dia mungkin paling dikenal atas perannya dalam memastikan orang Kristen merayakan Paskah pada hari Minggu.

Pada abad ke-2, beberapa kelompok Kristen dari Provinsi Romawi Asia (di Turkiye modern) merayakan Paskah pada hari yang sama saat orang Yahudi merayakan Paskah Yahudi (Passover, untuk merayakan pembebasan orang Yahudi dari perbudakan di Mesir).

Namun, umat Kristen di bagian barat Kekaisaran Romawi percaya bahwa Yesus Kristus dibangkitkan pada hari Minggu sehingga Paskah harus selalu dirayakan pada hari itu.

Perdebatan tentang kapan kebangkitan Yesus Kristus terjadi membuat masalah ini sangat kontroversial.

Baca juga: Di Mana Konklaf Digelar? Ini 4 Lokasi Penting di Vatikan Saat Pemilihan Paus Baru

"Kontroversi Paskah" adalah simbol dari konflik yang lebih besar antara umat Kristen Timur dan Barat, dan apakah orang Kristen harus mengikuti praktik orang Yahudi atau tidak.

Victor I mengadakan Sinode Romawi pertama atau pertemuan para pemimpin Gereja—untuk menyelesaikan kebuntuan tersebut.

Dia mengancam para uskup akan diasingkan dari Gereja jika menolak mematuhi keinginannya.

"Dia bersuara tegas untuk membuat semua orang benar-benar punya pemahaman yang sama dengannya," kata Bellitto kepada BBC.

Ini adalah karakter yang mengesankan, kata sejarawan itu, karena dia adalah Uskup Roma ketika Kekristenan masih dianggap bertentangan dengan hukum di kekaisaran Romawi.

Warisan penting lainnya dari Victor I adalah dia memperkenalkan bahasa Latin sebagai bahasa umum Gereja Katolik. Sebelumnya, bahasa Yunani Kuno adalah bahasa utama untuk Liturgi Katolik dan komunikasi resmi Gereja.

Victor I sendiri menulis dan berbicara dalam bahasa Latin yang saat itu digunakan secara luas di Afrika Utara.

Baca juga: Harapan dan Kekhawatiran Iringi Peluang Kardinal Filipina Jadi Paus

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau