Meski demikian, tidak semua pihak sepakat bahwa ini membuktikan keunggulan senjata China.
Profesor Walter Ladwig dari King's College London menilai masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa jet buatan China mampu mengungguli pesawat-pesawat milik Angkatan Udara India.
"Dalam doktrin militer standar, Anda akan menekan pertahanan udara musuh dan memperoleh keunggulan udara sebelum menyerang target darat. Sebaliknya, tampaknya misi IAF jelas bukan untuk memprovokasi pembalasan militer Pakistan," ujar Ladwig.
Baca juga: Garis Kontrol India-Pakistan: Perbatasan Paling Berbahaya yang Memicu Ketegangan Berkepanjangan
Di China, media sosial dipenuhi narasi kemenangan menyusul laporan tak terverifikasi bahwa J-10 menjatuhkan jet Rafale.
"Saat ini persepsi jauh lebih penting daripada kenyataan. Jika kita melihatnya seperti itu, pemenang utamanya adalah China," kata Carlotta Rinaudo, peneliti dari Tim Internasional untuk Studi Keamanan di Verona.
Bagi Beijing, Pakistan merupakan sekutu penting dalam strategi dan ekonomi kawasan. China telah menginvestasikan lebih dari 50 miliar dollar AS dalam proyek Koridor Ekonomi China-Pakistan.
"China membuat perbedaan penting dalam konflik India-Pakistan terkini," kata analis keamanan Pakistan, Imtiaz Gul.
"Hal itu mengejutkan para perencana India. Mereka mungkin tidak membayangkan kedalaman kerja sama dalam peperangan modern antara Pakistan dan China."
Analis memperkirakan, keberhasilan senjata China jika terbukti dapat memengaruhi peta perdagangan senjata global.
Saat ini, Amerika Serikat adalah eksportir senjata terbesar dunia, sedangkan China berada di posisi keempat, dengan pasar utama negara-negara berkembang seperti Pakistan dan Myanmar.
Meski demikian, reputasi senjata China sempat tercoreng. Jet tempur JF-17 buatan bersama dengan Pakistan sempat dihentikan operasinya oleh militer Myanmar pada 2022 karena masalah teknis. Nigeria pun melaporkan sejumlah malfungsi pada jet tempur F-7 buatan China.
Sementara itu, beberapa analis menilai India juga menunjukkan kemampuan militer signifikan dalam serangan pada dini hari 10 Mei lalu.
IAF disebut meluncurkan rudal ke 11 pangkalan udara strategis di seluruh Pakistan, termasuk pangkalan udara Nur Khan dekat Rawalpindi, yang tak jauh dari markas besar militer Pakistan.
"Salah satu target terjauh bahkan berada di Bholari, 140 kilometer dari Karachi," ujar Ladwig.
Baca juga: Bom Rakitan Meledak di Pakistan, 4 Warga Sipil Tewas
Ia menilai IAF kali ini menjalankan operasi sesuai standar, yaitu menyerang sistem pertahanan udara dan radar terlebih dahulu sebelum menghantam target darat.
"Jika ini adalah konflik berkepanjangan, berapa lama waktu yang dibutuhkan Pakistan untuk membangun dan menjalankan kembali fasilitas-fasilitas ini, saya tidak bisa mengatakannya," tambahnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini