Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Cabut Visa Mahasiswa China, Takut Beijing Curi Teknologi hingga Rahasia Negara

Kompas.com - 29/05/2025, 10:17 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Marco Rubio, mengumumkan bahwa pemerintah akan mulai mencabut secara agresif visa mahasiswa asal China.

Pencabutan ini dilakukan terutama pada mereka yang memiliki kaitan dengan Partai Komunis China (PKC) atau sedang menempuh studi di bidang-bidang strategis seperti teknologi dan sains.

Namun, langkah tersebut berpotensi mengganggu salah satu sumber pemasukan utama bagi universitas-universitas AS, serta menghambat aliran talenta internasional yang selama ini berkontribusi besar pada sektor teknologi dan riset AS.

Baca juga: AS Bekukan Penerbitan Visa Mahasiswa Asing, Pemeriksaan Medsos Makin Ketat

Mahasiswa China dianggap ancaman

Rubio menyatakan bahwa Departemen Luar Negeri bekerja sama dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri akan memperketat kriteria visa dan melakukan peninjauan ulang terhadap semua permohonan visa dari China dan Hong Kong. 

"Kami akan mencabut visa mahasiswa China secara agresif," tegasnya dalam pernyataan resmi.

Pemerintah AS semakin khawatir bahwa Beijing memanfaatkan keterbukaan sistem akademik AS untuk mencuri teknologi dan informasi sensitif. 

Kecurigaan ini diperkuat oleh keberadaan institusi seperti Confucius Institute, yang sebelumnya dituding sebagai alat propaganda dan perekrutan intelijen oleh pemerintah China.

China protes, nasib mahasiswa terancam

Kedutaan Besar China di Washington belum memberi tanggapan atas kebijakan ini. 

Namun, Kementerian Luar Negeri China sebelumnya telah menyatakan, akan “melindungi hak dan kepentingan sah” mahasiswa mereka di luar negeri. 

Kebijakan ini juga menyusul pencabutan sementara izin Universitas Harvard untuk menerima mahasiswa asing.

Baca juga: Jepang Siap Tampung Mahasiswa Harvard yang Terusir dari AS

Menurut data Departemen Perdagangan AS, mahasiswa internasional—yang 54 persen berasal dari China dan India—menyumbang lebih dari 50 miliar dollar AS (sekitar Rp 815 triliun) ke perekonomian AS pada 2023. 

Namun, kini, jumlah mahasiswa China di AS menurun drastis, dari sekitar 370.000 pada 2019 menjadi hanya 277.000 pada 2024. Selain ketegangan politik, pandemi Covid-19 juga mempercepat penurunan ini.

Dampak jangka panjang bagi dunia akademik dan inovasi AS

Yaqiu Wang, seorang peneliti HAM asal China yang kini tinggal di AS, mengatakan bahwa meskipun Beijing memang telah menyalahgunakan kebebasan akademik di AS untuk kepentingan spionase dan pencurian kekayaan intelektual, pendekatan seperti ini sangat merugikan.

“Larangan secara menyeluruh akan mengancam hak dan masa depan ribuan mahasiswa China yang sah, dan sekaligus melemahkan posisi AS sebagai pemimpin global dalam inovasi sains,” ujarnya.

Sejak masa jabatan pertama Trump, pemerintahannya telah berupaya menutup Confucius Institute dan memperluas pemeriksaan media sosial mahasiswa asing. 

Kini, dengan kebijakan baru ini, AS juga telah menghentikan semua pengajuan visa pelajar dan peserta program pertukaran asing.

Baca juga: Universitas Hong Kong Siap Tampung Mahasiswa Harvard yang Terdampak Larangan Trump

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau