Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diusir AS, Seorang Ilmuwan Bantu China Jadi Negara Adidaya

Kompas.com - 10/06/2025, 16:00 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Editor

Kelompok Suicide Squad menarik perhatian militer AS, yang kemudian mendanai penelitian pesawat jet, dengan memasang pendorong di sayap pesawat agar bisa lepas landas dari landasan yang pendek.

Pendanaan dari militer juga membantu pendirian Laboratorium Propulsi Jet (JPL) pada 1943, di bawah arahan Theodore von Karman.

Qian, bersama dengan Frank Malina, berada di pusat proyek tersebut.

Meskipun Qian adalah warga China, saat itu China adalah sekutu AS sehingga "tidak ada kecurigaan nyata terhadap ilmuwan China di pusat proyek luar angkasa Amerika," kata Macdonald.

Qian mendapat izin keamanan untuk bekerja pada proyek penelitian senjata rahasia dan bahkan menjabat di Dewan Penasihat Sains pemerintah AS.

Menjelang perang berakhir, Qian menjadi ahli propulsi jet terkemuka di dunia dan dikirim bersama von Karman dalam misi ke Jerman dengan pangkat sementara letnan kolonel.

Misinya adalah mewawancarai para insinyur Nazi, termasuk Werner von Braun, ilmuwan roket terkemuka Jerman. AS ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan teknologi roket Jerman.

Karier yang hancur

Namun pada akhir dekade itu, karier cemerlang Qian di AS tiba-tiba hancur dan kehidupannya berantakan.

Pada 1949, Mao Zedong mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat China. Dan dengan cepat, orang China dianggap sebagai "orang jahat," kata Jespersen dari Universitas Georgia Utara.

Seorang direktur baru di JPL mencurigai adanya jaringan mata-mata di laboratorium itu dan melaporkan beberapa staf itu ke FBI.

"Semuanya orang China dan Yahudi," jelas Macdonald.

Baca juga: Penelitian di Antartika Berujung Kisruh: Ilmuwan Diserang dan Diancam Dibunuh

Era Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet pun dimulai. Perburuan atas orang-orang yang dianggap komunis di era McCarthy semakin gencar.

Dalam suasana ini, FBI menuduh Qian, Frank Malina, dan yang lainnya sebagai antek komunis dan menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional.

Tuduhan ke Qian ini didasarkan pada dokumen Partai Komunis AS pada 1938 yang menunjukkan bahwa ia menghadiri sebuah pertemuan sosial, yang dicurigai FBI sebagai pertemuan Partai Komunis Pasadena.

Meskipun Qian menyangkal menjadi anggota partai, sebuah studi baru menunjukkan bahwa ia bergabung sekitar waktu yang sama dengan Frank Malina, pada 1938. Namun, hal itu tidak serta merta menjadikannnya seorang Marxis.

Saat itu, menjadi komunis adalah bentuk perlawanan terhadap rasisme, kata Macdonald. Mereka menentang fasisme dan segregasi, seperti memprotes pemisahan kolam renang umum di Pasadena.

Deportasi

Zuoyue Wang, profesor sejarah di California Polytechnic State University di AS, mengatakan tidak ada bukti bahwa Qian melakukan spionase untuk China atau menjadi agen intelijen saat berada di AS.

Namun, Qian kehilangan izin keamanannya dan ditetapkan sebagai tahanan rumah. Rekan-rekannya di Caltech, termasuk Theodore von Karman, menulis surat kepada pemerintah untuk membela Qian, tetapi tidak berhasil.

Pada 1955, setelah lima tahun menjalani tahanan rumah, Presiden Eisenhower memutuskan untuk mendeportasi Qian ke China.

Ilmuwan itu pergi dengan kapal bersama istri dan dua anaknya yang lahir di AS, sambil mengatakan kepada wartawan bahwa ia bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kaki di AS lagi. Dan ia menepati janjinya.

"Ia adalah salah satu ilmuwan paling terkemuka di AS. Ia telah banyak berkontribusi dan bisa saja berkontribusi lebih banyak lagi bagi AS. Jadi, itu bukan hanya penghinaan, tetapi pengkhianatan," kata jurnalis dan penulis Tianyu Fang.

Qian tiba di China sebagai pahlawan, tetapi tidak langsung diterima oleh Partai Komunis.

Rekam jejaknya tidak sepenuhnya bersih. Istrinya adalah putri pemimpin Nasionalis, dan sebelum kejatuhannya, Qian hidup nyaman di AS. Bahkan, dia telah mengajukan permohonan kewarganegaraan Amerika.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau