Ia baru resmi bergabung dengan Partai Komunis China pada 1958. Sejak itu, ia berusaha tetap berada di sisi aman. Ia selamat dari pembersihan politik dan Revolusi Kebudayaan, kemudian memiliki karier yang luar biasa.
Ketika ia tiba di China, pengetahuan tentang ilmu roket nyaris tak dikenal. Namun, 15 tahun kemudian, ia memimpin peluncuran satelit pertama China ke luar angkasa.
Selama beberapa dekade, ia melatih generasi baru ilmuwan dan meletakkan dasar bagi Program Eksplorasi Bulan China.
Ironisnya, program rudal yang dikembangkan Qian di China kemudian digunakan untuk menyerang AS—seperti rudal Silkworm yang ditembakkan ke AS dalam Perang Teluk 1991 dan serangan terhadap kapal USS Mason pada 2016 oleh kelompok Houthi di Yaman.
Dengan mengambil langkah keras terhadap komunisme domestik, Macdonald berpendapat, AS telah mendeportasi "seseorang yang justru digunakan oleh salah satu musuh ideologisnya untuk mengembangkan program rudal dan antariksanya sendiri. Itu adalah kesalahan geopolitik yang luar biasa."
"Ada siklus yang aneh. AS mengusir orang yang ahli dan kemudian menjadi bumerang bagi mereka," katanya.
Mantan Sekretaris Angkatan Laut AS Dan Kimball, yang kemudian menjadi kepala perusahaan propulsi roket Aerojet, pernah menyebut deportasi Qian sebagai "hal terbodoh yang pernah dilakukan negara ini."
Saat ini, sekali lagi terjadi ketegangan besar antara China dan AS. Kini bukan tentang ideologi, tetapi tentang perdagangan, keamanan teknologi dan, menurut Trump, dugaan kegagalan China dalam menangani Covid-19.
Sebagian besar warga AS mungkin tak mengenal Qian atau perannya di program luar angkasa Amerika, tapi banyak warga dan mahasiswa China di AS yang mendengar kisahnya — dan melihat kemiripannya dengan situasi saat ini.
"Hubungan antara AS dan China telah memburuk sedemikian rupa sehingga mereka tahu bahwa mereka mungkin dicurigai seperti generasi Qian," sang jurnalis membandingkan.
Menurut Macdonald, kisah Qian merupakan peringatan ketika suatu rezim menyingkirkan pengetahuan.
"Sejarah ilmu pengetahuan Amerika menunjukkan bahwa sains di AS dibangun oleh para pendatang... Namun di era konservatif seperti sekarang, sejarah itu semakin sulit untuk dirayakan."
Kontribusi JPL terhadap program luar angkasa AS, menurut Macdonald, sebagian besar diabaikan, jauh jika dibandingkan dengan kontribusi Wernher von Braun dan ilmuwan asal Jerman lainnya, yang secara diam-diam dibawa ke AS tak lama setelah von Karman dan Qian mengunjungi mereka.
Braun adalah seorang Nazi dan prestasinya diakui oleh negara, sementara Qian dan ilmuwan lainnya dalam Suicide Squad tersingkirkan, kata Macdonald.
"Fakta bahwa program luar angkasa AS pertama kali dirintis oleh kaum sosialis lokal — entah Yahudi atau China— adalah kisah yang sulit diterima oleh Amerika sendiri," tutupnya.
Kehidupan Qian berlangsung hampir satu abad. Selama periode ini, China bertransformasi dari negara lemah menjadi adikuasa di Bumi dan di luar angkasa.
Qian adalah bagian dari transformasi itu. Namun kisahnya juga bisa menjadi kisah besar bagi Amerika — jika saja tidak dikhianati.
Pada tahun 2019, China berhasil mendaratkan wahananya di sisi terjauh Bulan. Lokasi pendaratannya di Kawah Von Karman—dinamai dari insinyur aeronautika yang merupakan salah satu mentor Qian.
Sebuah pengakuan, disengaja atau tidak, menunjukkan bahwa antikomunisme Amerika lah yang mendorong China menaklukkan luar angkasa.
Baca juga: Ilmuwan Bingung Temukan Bola Logam Misterius yang Memicu Spekulasi UFO
Artikel ini pernah dimuat di BBC Indonesia dengan judul Kisah ilmuwan yang membantu China menjadi negara adidaya setelah dideportasi AS.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini