Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Pekerja Korea Utara "Diperbudak" Rusia

Kompas.com - 18/08/2025, 20:31 WIB
BBC INDONESIA,
Inas Rifqia Lainufar

Tim Redaksi

MOSKWA, KOMPAS.com - Ribuan warga Korea Utara dikirim untuk bekerja seperti budak di Rusia. Mereka dibawa untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja akibat invasi Rusia ke Ukraina yang masih berlangsung, seperti dilaporkan BBC.

Bantuan Pyongyang kepada Moskwa semula berupa penggunaan misil, peluru artileri, dan tentara untuk melawan Ukraina.

Kini, banyaknya pria Rusia yang tewas, masih berperang, atau melarikan diri dari negara itu membuat Moskwa makin bergantung pada pekerja Korea Utara, kata pejabat intelijen Korea Selatan pada BBC.

Baca juga: Korut Bantah Bongkar Sound Horeg di Perbatasan, Ogah Damai dengan Korsel

Enam pekerja yang namanya diubah untuk menyamarkan identitasnya menggambarkan hari kerja yang melelahkan.

Mereka bangun pukul enam pagi dan dipaksa bekerja membangun gedung apartemen hingga pukul dua pagi, dengan hanya dua hari libur setahun.

Harapan para pekerja ini menerima pekerjaan ke Rusia karena dijanjikan upah yang besar ketimbang di kampung halamannya.

Dengan hasil kerja itu, mereka ingin lepas dari kemiskinan, membeli rumah untuk keluarga, dan memulai usaha sekembalinya dari Rusia.

Akan tetapi, rencana itu sirna. Pendapatan mereka langsung disetor ke Korea Utara dan kehidupan selama di Rusia sama tersiksanya.

"Saya merasa seperti berada di kamp kerja paksa; penjara tanpa dinding," katanya.

Kerja paksa, lumpuh, hingga tak boleh ke rumah sakit

Keenam pekerja Korea Utara yang berhasil melarikan diri, bersama dengan pejabat pemerintah Korea Selatan, peneliti, dan mereka yang membantu menyelamatkan para pekerja berbagi kisahnya.

Mereka menjelaskan bagaimana para pekerja tersebut dipaksa bekerja dalam kondisi yang "mengenaskan", dan bagaimana otoritas Korea Utara memperketat kontrol atas para pekerja untuk mencegah mereka melarikan diri.

Salah satu pekerja, Jin, mengatakan kepada BBC ketika tiba di bagian timur Rusia, dia dikawal dari bandara ke lokasi konstruksi oleh agen keamanan Korea Utara.

Sepanjang perjalanan, ia diperintahkan untuk tidak berbicara dengan siapa pun atau melihat apa pun.

"Dunia luar adalah musuh kita," kata agen tersebut kepadanya.

Dia langsung dipaksa bekerja membangun gedung apartemen bertingkat tinggi selama lebih dari 18 jam sehari, katanya.

Seorang pekerja konstruksi lain, Tae, mengaku tangannya kaku, tidak bisa dibuka, dan lumpuh di pagi hari setelah pekerjaan hari sebelumnya.

"Bangun tidur terasa menakutkan, menyadari bahwa kamu harus mengulang hari yang sama lagi," kata Tae, yang berhasil melarikan diri dari Rusia tahun lalu.

Pekerja lain, Chan, bercerita mereka akan dipukul oleh para pengawas saat kedapatan curi-curi tidur berdiri di siang hari.

"Benar-benar seperti kita sedang mati," kata pekerja lain, Chan.

Kang Dong-wan, seorang profesor di Universitas Dong-A Korea Selatan yang telah berkali-kali bepergian ke Rusia untuk mewawancarai pekerja Korea Utara, mengungkapkan "kondisi yang mengerikan".

"Para pekerja terpapar situasi yang sangat berbahaya. Pada malam hari lampu dimatikan dan mereka bekerja dalam kegelapan, dengan sedikit peralatan keselamatan."

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau