Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Kata-kata PM Israel-Australia, Kini Albanese Balas Kecam Netanyahu

Kompas.com - 20/08/2025, 10:13 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

CANBERRA, KOMPAS.com – Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese mendapat serangan verbal dari PM Israel Benjamin Netanyahu, yang menyebutnya sebagai “politisi lemah”.

Pernyataan itu memicu ketegangan diplomatik baru antara kedua negara dengan adanya perang kata-kata tersebut.

Hubungan Australia dan Israel yang selama beberapa dekade terjalin erat mulai retak sejak Canberra mengumumkan rencana mengakui negara Palestina pekan lalu.

Baca juga: Netanyahu: Albanese Dukung Palestina, Antisemitisme Kian Merebak di Australia

Netanyahu langsung bereaksi keras dan menuduh Albanese mengkhianati Israel.

“Kekuatan tidak diukur dari berapa banyak orang yang bisa Anda ledakkan atau berapa banyak anak yang bisa Anda biarkan kelaparan,” kata Menteri Dalam Negeri Australia Tony Burke kepada penyiar nasional ABC, Rabu (20/8/2025).

Burke menambahkan, sejumlah tindakan Israel justru membuat negara itu semakin terisolasi dari dunia internasional. “Itu juga tidak menguntungkan mereka,” ujarnya, dikutip dari AFP.

Ketegangan diplomatik

Ketegangan meningkat sejak sembilan hari terakhir. Australia lebih dulu membatalkan visa politisi sayap kanan Israel, Simcha Rothman, dengan alasan tur pidatonya berpotensi menimbulkan perpecahan.

Israel kemudian membalas dengan mencabut visa perwakilan diplomatik Australia untuk Otoritas Palestina.

Tak berhenti di situ, Netanyahu melontarkan kecaman melalui media sosial. “Sejarah akan mengingat Albanese apa adanya, seorang politisi lemah yang mengkhianati Israel dan menelantarkan orang-orang Yahudi Australia,” tulisnya di X.

Baca juga: Israel-Perancis Memanas, Netanyahu Tuding Macron Picu Antisemitisme

Yahudi Australia dan luka lama

Diketahui, Australia memiliki ikatan sejarah panjang dengan komunitas Yahudi. Pada 1950-an, Melbourne tercatat sebagai kota dengan populasi penyintas Holocaust terbesar di luar Israel, dihitung berdasarkan jumlah penduduk.

Namun, komunitas Yahudi di Australia kini merasa terabaikan setelah pemerintah mengumumkan akan mengakui negara Palestina bulan depan. Langkah itu juga diikuti oleh Perancis, Kanada, dan Inggris.

Di sisi lain, Israel semakin tertekan di panggung internasional akibat perang berkepanjangan di Gaza, yang diawali serangan Hamas pada Oktober 2023.

PBB melalui para pakar independen telah memperingatkan adanya bencana kelaparan karena ketatnya pembatasan bantuan kemanusiaan oleh Israel.

PM Selandia Baru Christopher Luxon pekan lalu turut mengkritik Netanyahu dengan menyebutnya telah “kehilangan kendali”.

Hubungan Australia dan Israel sebelumnya mulai renggang sejak akhir tahun lalu, setelah rentetan serangan anti-Semit terjadi di Sydney dan Melbourne.

Baca juga: Walmart Tarik Produk Udang yang Diduga Tercemar Bahan Radioaktif di 13 Negara Bagian AS

Netanyahu bahkan menuding pemerintah Australia menyimpan sentimen anti-Israel, terutama setelah sebuah sinagoge di negara itu dibakar pada Desember 2024.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau