BEIJING, KOMPAS.com - Presiden Xi Jinping menegaskan pentingnya hubungan persahabatan China dan Rusia untuk membangun tatanan global yang lebih “adil”.
Hal tersebut Xi sampaikan kepada Ketua Parlemen Rusia Vyacheslav Volodin yang berkunjung ke Beijing pada Selasa (26/8/2025).
Menurut laporan kantor berita resmi China, Xinhua, Xi mengatakan bahwa kedua pihak harus melanjutkan persahabatan mereka dan memperdalam kepercayaan secara strategis, sebagaimana yang dilansir dari Reuters pada Selasa (26/8/2025).
Baca juga: China dan Rusia Latihan Militer Bersama di Laut Jepang, Ini Tujuannya
Xi menekankan bahwa kerja sama China dan Rusia perlu untuk memperkuat persatuan di antara negara-negara Global South.
Rusia dan China harus “memperkuat persatuan” negara-negara di Global South, ujar Xi kepada Volodin, sekutu dekat Presiden Vladimir Putin.
Volodin, ketua majelis rendah parlemen Rusia, tiba di China pada Senin (25/8/2025) menjelang kunjungan Putin ke Beijing akhir pekan ini.
Putin dijadwalkan menghadiri forum keamanan bersama puluhan pemimpin negara, termasuk Perdana Menteri India Narendra Modi.
Putin juga akan menjadi tamu kehormatan dalam parade militer di Beijing yang menandai peringatan penyerahan resmi Jepang dan berakhirnya Perang Dunia II.
Menurut Xi, kedua negara ini memiliki peran penting di panggung Asia dan Eropa selama Perang Dunia II.
Baca juga: Korea Selatan Kerahkan Jet Tempur Saat 11 Pesawat Militer China dan Rusia Mendekat
Kemudian, Xi menyebut hubungan China dan Rusia berfungsi sebagai “sumber stabilitas bagi perdamaian dunia.”
Kunjungan Volodin dan rencana kedatangan Putin dilakukan di tengah tekanan Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump awal pekan ini menyebut kemungkinan menjatuhkan sanksi “besar-besaran” terhadap Rusia dalam dua minggu, bergantung pada kemajuan dalam upaya mengakhiri invasi Rusia di Ukraina.
Trump sebelumnya mengadakan pertemuan puncak dengan Vladimir Putin di Alaska awal bulan ini, tetapi belum berhasil membujuk presiden Rusia ini bertemu dengan Volodymyr Zelenskiy.
Sedangkan, China menghadapi ancaman Trump yang mengharuskan Beijing memberikan pasokan tanah jarang kepada AS, jika tidak akan diberlakukan tarif dagang hingga 200 persen.
Sementara itu, eksportir India telah bersiap menghadapi tarif tambahan 25 persen dari AS sebagai sanksi atas pembelian minyak Rusia.
Baca juga: Lawatan Xi Jinping ke Asia Tengah, Bukti China dan Rusia Berebut Pengaruh?
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini