Penulis: Dario Brooks/BBC News Indonesia
KOMPAS.com - Kematian remaja perempuan yang menjalani operasi plastik memicu reaksi kemarahan dan kekhawatiran di Meksiko. Peristiwa ini mendorong para legislator berjanji memperketat pengawasan terhadap prosedur operasi plastik pada anak di bawah umur.
Paloma Nicole Arellano Escobedo (14) dinyatakan meninggal karena kematian otak pada 20 September lalu di klinik swasta di Durango, Meksiko.
Selama beberapa hari, ia sempat dirawat secara intensif setelah menjalani operasi implan payudara dan transfer lemak ke bokong.
Baca juga: Operasi Plastik Wajah Bos Narkoba Vietnam Gagal Kelabui Polisi
Ayah kandung Nicole, Carlos Arrelano membawa kasus ini ke ranah hukum. Ia melaporkan mantan istrinya, Paloma Escobedo.
Arrelano menggugat Escobedo karena memberikan izin operasi tersebut kepada dokter bedah, Victor Manuel Rosales, yang merupakan ayah tiri sang anak.
"Mereka yang melakukan ini kepada anak saya harus membayar, mereka harus dipenjara. Karena mereka tidak hanya mengakhiri hidupnya," kata Arrelano dalam wawancara dengan Jorge Arroyo, seorang ahli bedah yang rutin mengangkat kasus-kasus medis.
Jaksa Negara Bagian Durango (FGED) menginformasikan kepada BBC Mundo bahwa Escobedo dan Rosales didakwa dalam sidang pengadilan pada Jumat (3/10/2025).
Escobedo sebagai wali Paloma didakwa atas kelalaian dalam perawatan dan penyalahgunaan profesi karena ia ikut serta dalam operasi putrinya tanpa memiliki kualifikasi sebagai tenaga medis.
Sementara itu, Rosales dihadapkan pada dakwaan kelalaian dan praktik medis yang tidak semestinya.
Para tersangka belum memberikan pernyataan publik mengenai kejadian tersebut.
Namun, kasus ini telah memicu pertanyaan dan kekhawatiran tentang prosedur estetika pada anak di bawah umur.
Baca juga: RS Rahasia di Filipina Tawarkan Operasi Plastik bagi Buron untuk Hindari Penangkapan
Dokter bedah plastik spesialis bedah mikro rekonstruktif, Mauro Armenta, menjelaskan bedah plastik dan rekonstruktif sesungguhnya punya tingkat risiko yang tak jauh berbeda dengan prosedur lain.
"Komplikasi dapat terjadi pada siapa saja. Karena itu, kita harus selalu berhati-hati dalam menentukan penyebab kematian. Terkadang ada kondisi yang tidak terdeteksi dalam pemeriksaan praoperasi dan dapat menjadi faktor penyebab komplikasi yang lebih parah," ucap dokter dari Universitas Otonom Barcelona ini.
Akan tetapi, ia menegaskan pada BBC Mundo bahwa tidak disarankan untuk melakukan prosedur ini pada remaja, karena perkembangan emosional dan psikologisnya masih dalam tahap berkembang. Selain itu, harus ada izin penuh dari wali mereka.
"Jika pasien masih remaja, harus ada persetujuan dari kedua orang tua dan mereka harus mengetahui risiko dan manfaatnya," kata Armenta.
Baca juga: Gembong Narkoba Thailand Operasi Plastik Mirip Pria Korea demi Hindari Polisi
"Pada dasarnya, operasi plastik ini tidak punya batasan usia karena ada anak-anak yang memang membutuhkan, tapi kembali lagi harus paham risiko dan manfaatnya. Persiapannya juga harus matang," imbuh Armenta.
Namun untuk prosedur estetika, Armenta menekankan perkembangan kepribadian remaja yang dapat berpengaruh.
"Ini tentang perkembangan intelektual dan emosional yang harus mereka miliki. Remaja perempuan tidak memiliki kriteria yang jelas, hari ini mereka bisa menyukai sesuatu dan besok tidak. Dalam perubahan ini, mereka menemukan kepribadian mereka dan tidak disarankan untuk melakukan operasi plastik," katanya.
Armenta menambahkan bedah plastik tidak hanya membantu orang-orang untuk memperbaiki penampilan mereka, tapi juga membantu orang-orang yang mengalami cedera, penyakit, dan bahkan pelecehan karena suatu aspek tubuh.
Baca juga: Bos Narkoba Operasi Plastik Berkali-kali Jadi Oppa Korea, tapi Tertangkap Juga
"Pada pasien yang sangat muda, kami melakukan otoplasti untuk mereka yang memiliki telinga yang sedikit menonjol atau sangat besar, karena mereka menjadi korban perundungan sejak usia dini," kata Armenta.
"Kami melakukan operasi pada mereka sejak usia 12 atau 13 tahun. Namun, ini adalah kasus khusus, bukan hal yang umum," jelasnya.