KOMPAS.com - Hari Kamis, 5 Juni 2025, bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah 1446 Hijriah atau yang dikenal sebagai Hari Arafah.
Hari Arafah merupakan salah satu hari penting dalam bulan Dzulhijjah menjelang Idul Adha.
Pada hari ini, umat Islam dianjurkan untuk menunaikan puasa Arafah, yaitu puasa sunah yang dilaksanakan saat jamaah haji berkumpul di Padang Arafah.
Baca juga: Jadwal Puasa Sunnah Juni 2025, Kapan Hari Tasyrik dan Ayyamul Bidh?
Selain itu, sebagian umat muslim juga berencana menunaikan qadha puasa Ramadhan pada tanggal tersebut.
Muncul pertanyaan, bolehkah seseorang menggabungkan niat puasa Arafah dengan qadha puasa Ramadhan?
Jika dibolehkan, apakah nantinya pahala dari puasa sunnah Arafah tetap diperoleh meski niatnya digabung?
Baca juga: 100 Ucapan Selamat Idul Adha 2025 yang Menyentuh Hati untuk Dibagikan di Media Sosial
Dilansir dari Kompas.com, Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Miftahul Huda, memberikan penjelasan mengenai hukum menggabungkan niat puasa Arafah dengan qadha puasa Ramadhan.
Menurut Miftah, ada dua pilihan yang bisa diambil oleh umat Islam.
Pilihan pertama adalah menunaikan puasa Arafah terlebih dahulu, kemudian melaksanakan qadha puasa Ramadhan di hari lain.
Miftah mengatakan, seseorang boleh berniat khusus untuk puasa Arafah pada 9 Zulhijah dan mengganti utang puasa Ramadhan di waktu yang lain.
Hal ini dimungkinkan karena puasa Arafah hanya bisa dilakukan pada satu hari, sementara qadha puasa Ramadhan memiliki rentang waktu pelaksanaan yang lebih fleksibel.
Melaksanakan qadha puasa tetap merupakan kewajiban, namun waktunya bisa ditentukan sesuai kondisi individu yang bersangkutan.
Pilihan kedua adalah menggabungkan niat puasa Arafah dan qadha Ramadhan dalam satu hari pelaksanaan, yaitu tanggal 9 Zulhijah.
"Artinya dia berniat puasa qada Ramadhan dan niat puasa Arafah di tanggal 9 Zulhijjah tersebut," jelas Miftah.
Ia menambahkan bahwa menurut pendapat ulama Syafi’iyyah, menggabungkan niat puasa wajib dan sunah dalam satu pelaksanaan adalah sah.