Parapuan.co - Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam Laporan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025-2045, memproyeksikan volume sampah di Indonesia pada tahun 2025 bisa mencapai 63 juta ton.
Hal ini menunjukkan betapa krusialnya pengelolaan sampah yang efektif. Dan perempuan, sebagai pengelola utama rumah tangga, memiliki peran sentral dalam siklus pengelolaan sampah.
Dari memilah hingga membuang, keputusan mereka secara langsung memengaruhi jumlah dan jenis sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Namun, potensi perempuan tidak hanya terbatas pada pengelolaan, tetapi juga pada transformasi sampah menjadi peluang ekonomi.
Sampah seringkali dipandang sebagai masalah, padahal sebenarnya adalah sumber daya yang belum dimanfaatkan. Banyak jenis sampah rumah tangga memiliki nilai ekonomis jika diolah dengan benar.
Contohnya, sampah organik dapat diubah menjadi kompos atau pupuk cair untuk pertanian dan kebun rumah tangga. Sementara itu, sampah anorganik seperti plastik, kertas, logam, kaca, bisa didaur ulang menjadi produk baru atau dijual kepada pengepul. Bahkan, minyak jelantah juga dapat diolah menjadi sabun, lilin, atau biodiesel.
Lantas, bagaimana cara kita yang ingin mulai belajar mengelola sampah rumah tangga dan menjadikannya sumber penghasilan tambahan?
- Edukasi diri. Pelajari lebih lanjut tentang jenis-jenis sampah, cara memilahnya, dan potensi pengolahannya.
- Mulai dari rumah. Terapkan pemilahan sampah di rumah secara konsisten. Pisahkan sampah organik dari anorganik.
- Mulai skala kecil. Jangan ragu untuk memulai dari proyek kecil. Konsistensi adalah kunci.
- Jaringan dan komunitas. Bergabung dengan komunitas atau kelompok peduli lingkungan yang berfokus pada pengelolaan sampah. Berbagi pengetahuan dan pengalaman dapat sangat membantu.
- Cari peluang. Identifikasi jenis sampah yang paling banyak dihasilkan di rumah Kawan Puan dan cari tahu bagaimana sampah tersebut dapat diolah atau didaur ulang di daerahmu.
Dengan peran aktif perempuan, sampah rumah tangga tidak lagi hanya menjadi masalah, melainkan dapat diubah menjadi peluang ekonomi yang menjanjikan, membawa manfaat bagi keluarga, komunitas, dan lingkungan secara keseluruhan.
Melihat pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga bagi lingkungan sekaligus memberikan peluang ekonomi yang menarik, PT Cikarang Listrindo Tbk menelurkan inisiatif yang sangat bermanfaat bagi masyarakat desa agar semakin berdaya.
Salah satunya melalui program SIPANDU (Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu), inisiasi PLTU Babelan (Cikarang Listrindo) sejak 2022, yang telah merevolusi pengelolaan sampah warga. Praktik lama seperti membakar atau mengubur sampah kini diganti dengan proses sistematis, seperti pengumpulan, pemilahan, dan pengelolaan, yang didukung penuh oleh pelatihan dan pembentukan komite lokal.
“Lewat SIPANDU, kami ingin membangun kesadaran masyarakat bahwa sampah bukan sekadar limbah, tetapi bisa menjadi sumber daya,” ujar Rani Maheswari, Corporate Communication and ESG Manager PT Cikarang Listrindo Tbk.
Ditambahkan olehnya bahwa program ini bukan hanya mengedukasi warga sekitar, namun juga membentuk sistem pengelolaan yang berkelanjutan, mulai dari rumah tangga hingga ke level komunitas.
Program ini membuahkan hasil signifikan, terlihat dari beroperasinya Bank Sampah di desa. Lala Aprilia, Sekretaris Bank Sampah, menyebutkan bahwa kini masyarakat telah termotivasi untuk aktif memilah sampah anorganik, baik untuk ditabung maupun dijual kembali.
Baca Juga: Seperti Fei Febri, Perempuan Punya Peran Aktif Menerapkan Gaya Hidup Minim Sampah
“Sampah-sampah yang memiliki nilai ekonomis kami jemput dari rumah warga, dibersihkan, disimpan, dan dijual saat harga stabil,” ungkapnya.
Dalam kunjungan monitoring Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), Ida Nuryatin Finahari, Sekretaris Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, menyatakan bahwa SIPANDU menjadi contoh program berbasis komunitas yang efektif.
“Wilayah ini rawan banjir, sehingga edukasi pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah risiko bencana lingkungan,” katanya.
Di samping SIPANDU, tim dari Ditjen Ketenagalistrikan juga mengunjungi program Lintas Energi di SMKN 1 Babelan. Program ini merupakan wujud kontribusi Cikarang Listrindo dalam menyiapkan siswa SMK menghadapi dunia kerja. Mereka dibekali dengan pelatihan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), prinsip 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin), serta dukungan sarana belajar yang memadai.
Kepala SMKN 1 Babelan, Cucu Sudrajat, menyambut baik program ini. “Beberapa perusahaan sudah mulai merekrut siswa langsung dari sekolah. Bahkan tahun ini, enam siswa kami mendapat kesempatan magang ke Jepang,” ujarnya.
Program SIPANDU dan Lintas Energi oleh Cikarang Listrindo adalah bukti nyata bahwa kolaborasi antara industri dan masyarakat dapat menciptakan dampak positif yang signifikan dalam pemberdayaan. Perubahan yang terjadi di Babelan kini menjadi inspirasi, menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan dan peningkatan kualitas hidup bisa berjalan harmonis, bahkan berawal dari sesuatu yang sesederhana sampah.
(*)