Pentingnya perempuan mahir digital agar bisa berdaya ekonomi.
Parapuan.co - Masalah ekonomi adalah akar dari beragam krisis sosial, mulai dari putus sekolah, perceraian, kekurangan gizi, hingga jeratan utang pinjaman online. Sayangnya, data menunjukkan tantangan ini masih masif.
Per Maret 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan Indonesia masih di angka 8,47% atau melibatkan 23,85 juta jiwa. Situasi ini diperburuk oleh lonjakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Menurut laporan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), jumlah kasus PHK mencapai 42.385 pada Januari–Juni 2025—kenaikan signifikan 32,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebagai jalan keluar dari situasi ekonomi, berjualan online menawarkan solusi yang ideal. Dengan modal yang relatif kecil, bisnis ini terbuka lebar untuk semua kalangan, termasuk karyawan, pengusaha, dan ibu rumah tangga.
Kisah Fahmi Auditya, pendiri Mahir Digital, membuktikan potensi bisnis daring.
Meski memulai jualan online di tahun 2015 sebagai mahasiswa drop out tanpa pengalaman, Fahmi tak hanya mampu memulihkan ekonomi keluarga, tetapi juga sukses meraup omzet fantastis hingga Rp7 miliar dalam waktu sembilan tahun.
Untuk membagikan kisah suksesnya, Fahmi Auditya mendirikan Mahir Digital bersama Denni Arnanda dan Dimas Setyawan.
Platform edukasi digital marketing ini didasarkan pada filosofi bahwa mentor yang akurat adalah penentu keberhasilan, bukan sekadar uang.
Dengan misi Ngajarin, Nemenin, Nolongin, Mahir Digital telah terbukti efektif membantu ribuan orang sukses di ranah digital marketing.
Baca Juga: Pengusaha Madu Berbagi Mantra dan Strategi Sukses Bisnis Online, Seperti Apa?
Fahmi Auditya, pendiri Mahir Digital.Pengalaman tersebut juga dirasakan oleh Anggun, salah satu member asal Yogyakarta, yang memulai bisnis tanpa produk maupun pengetahuan.
“Lima juta pertama saya capai kurang dari dua minggu, dan 20 juta pertama hanya dalam sebulan,” ujar Anggun.
Mahir Digital menawarkan program yang lengkap namun mudah diikuti.
Peserta dibekali dukungan penuh mulai dari bimbingan real-time via WhatsApp dan akses e-course kapan pun, hingga mentoring mingguan dengan studi kasus praktis, serta pertemuan offline rutin.
Member juga menerima dukungan konten dan produk yang sudah siap dijual. Pendekatan ini memastikan peserta dapat langsung berpraktik dan meraup hasil saat mereka belajar.
“Target kami membantu satu juta orang memperbaiki hidup lewat digital marketing. Member tidak hanya belajar, tapi juga mendapatkan omzet nyata,” tegas Fahmi.
Harapan ini menjadi sinyal positif. Di era digital, siapa pun bisa memperbaiki hidupnya. Jualan online bukan sekadar peluang tambahan, melainkan jalan keluar nyata dari persoalan ekonomi.
(*)
Baca Juga: Ini 3 Aplikasi Penting untuk Bantu Bisnis Online maupun Offline