Hal ini sejalan dengan arahan tegas Presiden Prabowo Subianto agar aset bandara yang belum maksimal segera dimanfaatkan untuk mendorong produktivitas daerah.
Visi ini menekankan bahwa pembangunan tidak boleh "berdiri sendiri". Di negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau, transportasi udara adalah elemen vital yang menjamin Indonesia sentris, bukan Jawa sentris.
"Kita ini negara kepulauan terbesar, 17.000 pulau, sehingga selain daratan juga kita perbaiki ruas-ruas jalan nasional. Udaranya harus kuat, maritimnya, transportasi lautnya juga harus kuat," ujar AHY, dikutip Kompas.com, Kamis (30/10/2025).
Pendekatan ini menggarisbawahi pentingnya transportasi multimoda, integrasi antara darat, laut, dan udara, sebagai tulang punggung pemerataan ekonomi nasional.
Mengubah Aset Infrastruktur Menjadi Daya Saing Lokal
Tantangan utama yang kini dihadapi pemerintah adalah banyaknya bandara yang dibangun namun belum terintegrasi dengan ekosistem ekonomi lokal.
Oleh karena itu, AHY menekankan perlunya sinkronisasi lintas sektor agar bandara dapat terhubung langsung dengan pusat kegiatan ekonomi guna memudahkan mobilitas bisnis dan komoditas.
Terhubung juga dengan destinasi parificata sehingga mampu mendatangkan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Tak kalah vital adalah terhubungan dengan jalur logistik untuk memperykuat rantai pasok dan distribusi daerah.
Evaluasi bandara yang sedang berlangsung bertujuan mengidentifikasi titik lemah dan memastikan bandara-bandara yang 'tertidur' dapat dihidupkan kembali.
Langkah ini merupakan strategi makro untuk memperkuat daya saing ekonomi lokal, di mana bandara berfungsi sebagai gerbang utama ke pasar global dan domestik.
Pariwisata dan UMKM sebagai Ujung Tombak
Penguatan bandara secara langsung diarahkan untuk meningkatkan sektor pariwisata. Dengan akses udara yang optimal, targetnya adalah mendorong wisatawan mancanegara domestik, untuk menjelajahi daerah-daerah baru.
Kemudian memutar ekonomi lokal melalui peningkatan kunjungan wisatawan yang diharapkan mampu menggerakkan UMKM dan ekonomi kreatif di sekitar bandara, menjadikannya pusat pertumbuhan baru.
"Pemerintah berkomitmen pada pendekatan kolaboratif dan evaluasi berkelanjutan melalui koordinasi intensif antara Kemenko Bidang IPK dengan Kementerian Perhubungan serta sektor terkait lainnya," tutur AHY.
Evaluasi ini bukan sekadar audit, melainkan peta jalan untuk mengintegrasikan bandara ke dalam sistem konektivitas nasional secara utuh.
Dengan demikian, setiap bandara yang telah dibangun akan menjadi aset produktif yang mendukung visi besar pemerataan pembangunan wilayah dari Sabang hingga Merauke.
Ke depan, fokus pemerintah adalah memastikan anggaran dan pembangunan infrastruktur digunakan seefisien mungkin, di mana setiap rupiah investasi harus berujung pada peningkatan kesejahteraan dan produktivitas masyarakat daerah.
Optimalisasi bandara adalah langkah awal untuk mewujudkan konektivitas yang merata dan ekonomi yang berdaya saing.
https://www.kompas.com/properti/read/2025/10/30/224802221/ahy-bakal-evaluasi-dan-sulap-bandara-tidur-jadi-mesin-ekonomi-lokal