KOMPAS.com - Hendro Santoso Gondokusumo, Pendiri sekaligus Direktur Utama PT Intiland Development Tbk (DILD) telah meninggal dunia di Singapura pada Kamis (13/3/2025) pukul 03.29 waktu setempat.
Pria akrab disapa Hendro itu dikenal sebagai sosok berkepribadian sederhana yang memiliki intuisi tajam dalam melihat potensi masa depan.
Dengan tangan dingin dan tekat yang kuat, ia membangun Intiland dari sebuah impian kecil hingga kini menjadi salah satu pengembang properti terkemuka di Indonesia.
Setiap proyek properti yang dibangun mengusung visi lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup dan membangun komunitas.
Kiprah dan prestasinya dianggap lebih dari sekadar gedung-gedung properti yang kini menjadi bagian dari lanskap perkotaan Indonesia.
Lebih dari itu, pria yang tutup usia 74 tahun itu berhasil meninggalkan warisan yang jauh melampaui bangunan-bangunan fisik semata.
Baca juga: Bos Intiland Hendro Gondokusumo Meninggal Dunia di Singapura
Hendro mengajarkan tentang pentingnya ketekunan, keberanian berinovasi, dan komitmen terhadap kualitas, nilai-nilai yang kini menjadi bagian dari industri properti tanah air.
Dalam mengarungi kehidupan, Hendro selalu punya pegangan.
Mengutip kata-kata Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet, ia selalu berbagi nasihat "Jagalah pikiranmu karena akan jadi perkataanmu. Jagalah perkataanmu karena akan menjadi perbuatanmu. Jagalah perbuatanmu karena akan menjadi kebiasaanmu. Jagalah kebiasaanmu karena akan membentuk karaktermu. Jagalah karaktermu karena akan membentuk nasibmu."
Hendro lahir di Malang, Jawa Timur, pada 6 September 1950 sebagai anak ketiga dari delapan bersaudara.
Ia berasal dari keluarga sederhana yang menekuni bisnis hasil bumi.
Pada usia 17 tahun, Hendro muda mulai belajar berbisnis dengan ikut ayah dan pamannya ke Jakarta untuk berdagang hasil bumi.
Namun, dirinya mengaku tidak tertarik. Kecintaannya terhadap arsitektur dan bentuk gedung-gedung tua yang indah, memantapkan pilihannya untuk menekuni seluk-beluk bisnis properti.
Properti adalah kebutuhan fundamental dalam masyarakat, sejajar dengan sandang dan pangan. Pandangan itulah yang membuat Hendro muda jatuh hati dengan bisnis properti.
Ia juga melihatnya sebagai sektor yang memiliki potensi besar untuk berkembang.