Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun "Komunitas yang Hangat", Kunci Hadapi Keterasingan Modern

Kompas.com - 05/06/2025, 23:00 WIB
Hilda B Alexander

Editor

Penulis: Kepala Agensi Nasional Korea untuk Pembangunan Kota Administratif Kim Hyung-Ryeol 

KOMPAS.com – Dalam dunia yang kian individualistis, seruan penyair John Donne di abad ke-17 bahwa "Manusia bukan sebuah pulau" terasa semakin relevan.

Senada, dramawan Tony Kushner menegaskan, "Unit terkecil yang tidak dapat dibagi dari seorang manusia bukanlah satu orang, tetapi dua orang."

Baca juga: Mengulik Konsep Kawasan Industri di Cikarang yang Terintegrasi dengan Kota Mandiri

Ini adalah pengingat tegas bahwa kehidupan berkomunitas adalah naluri fundamental manusia.

Sejak awal kemunculan manusia, komunitas terbentuk dari ikatan darah, lalu berkembang menjadi kelompok yang berbagi nilai, budaya, dan norma.

Pertanyaan "komunitas seperti apa yang harus kita ciptakan" selalu menjadi pendorong peradaban, membentuk sejarah melalui pertentangan dan penggabungan gagasan.

Pusat komunitas di Sejong, Korea SelatanAgensi Nasional Korea untuk Pembangunan Kota Administratif Pusat komunitas di Sejong, Korea Selatan
Dari Seratus Sekolah Pemikiran di Tiongkok kuno yang mendiskusikan tatanan sosial ideal, hingga "Teori Kontrak Sosial" di Barat, semuanya berakar pada pencarian identitas dan bentuk komunitas yang ideal.

Memang, era modern telah melemahkan komunitas tradisional seiring dengan menguatnya kebebasan individu. Namun, komunitas itu sendiri tidak hilang; perannya justru semakin ditekankan.

Di tengah persaingan ketat yang memicu isolasi dan keterasingan, keinginan untuk berkomunitas kembali menyeruak.

Nilai-nilai seperti empati dan solidaritas sosial kembali menarik perhatian, mendorong kita menuju apa yang disebut "masyarakat yang hangat."

Baca juga: Punya Daya Tarik Tersendiri, Ini Alasan Tinggal di Kota Mandiri Jadi Pilihan Tepat

Sifat terpenting dari komunitas modern adalah kemampuannya menghormati privasi dan individualitas, sambil mengejar kebaikan dan nilai-nilai publik sebagai entitas organik.

Individu dan komunitas terhubung melalui komunikasi dan toleransi, memimpin pembangunan sosial dengan berdiskusi dan memecahkan masalah lapisan masyarakat yang menderita berbagai bencana, musibah, dan kesulitan sosial-ekonomi.

Contoh nyata dari upaya mewujudkan hal ini adalah 'Pusat Komunitas Kompleks' di Sejong, Korea Selatan. Tempat ini menampung pusat komunitas, perpustakaan, pusat penitipan anak, gedung olahraga, dan pusat kebudayaan manula.

 

Tempat bermain di Sejong, Korea SelatanAgensi Nasional Korea untuk Pembangunan Kota Administratif Tempat bermain di Sejong, Korea Selatan
Ini adalah ruang hidup berdampingan jenis baru di mana penghuni dari berbagai kelas sosial, dari bayi hingga lansia, secara alami berinteraksi dan secara sukarela menciptakan komunitas.

Seperti yang dikatakan Lady Bird Johnson, "Di daerah perbatasan, semangat bertetangga penting karena tetangganya sangat sedikit, kini, bahkan lebih penting lagi karena tetangganya sangat banyak."

Baca juga: Bintaro Jaya 46 Tahun, Kota Mandiri untuk Semua Generasi

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau