KOMPAS.com - Autograph Tower di Kompleks Thamrin Nine melambungkan nama Jakarta dan Indonesia ke dalam jajaran lokasi gedung-gedung tertinggi di dunia.
Bukan tanpa alasan, pencakar langit dengan ketinggian mencapai 382,9 meter ini telah resmi ditahbiskan sebagai gedung tertinggi di Belahan Bumi Selatan oleh Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH).
Autograph Tower juga menduduki peringkat ke-52 gedung tertinggi di dunia, berdasarkan data CTBUH.
Selain itu, Autograph Tower juga mendapat predikat kolam renang outdoor tertinggi di dunia, dengan ketinggian 326,3 meter dari permukaan tanah.
Baca juga: Jakarta Mendunia, Autograph Tower Resmi Jadi Gedung Tertinggi di Selatan Bumi
Pemilik Autograph Tower adalah PT Putragaya Wahana (PGW), perusahaan yang bergerak di sektor properti. Di baliknya terdapat sosok Alvin Gozali.
Pasalnya, Alvin Gozali merupakan sosok penting di balik transformasi PGW yang sebelumnya memiliki bisnis inti di industri tekstil dan kemudian beralih ke industri properti.
Asal tahu saja, PGW didirikan pada tahun 1993, dan dikenal karena Gedung UOB-nya, yang merupakan salah satu gedung jangkung paling khas menghiasi cakrawala koridor Thamrin.
Namun jauh sebelum menorehkan rekam jejak di sektor properti, ternyata PGW memiliki bisnis inti di industri tekstil.
Sayangnya, industri tekstil mengalami titik balik dan mengalami perlambatan sejak kurun 2009 hingga kemudian jatuh.
Kejatuhan industri tekstil ditandai bangkrutnya ratusan perusahaan tekstil di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pada 2019, tercatat 188 perusahaan gulung tikar.
Akhirnya, PGW pun banting setir ke industri properti yang diyakini lebih menjanjikan peluang dan keuntungan lebih besar ketimbang tekstil.
Dalam perbincangan dengan Kompas.com, saat peresmian groundbreaking Thamrin Nine, Alvin Gozali mengatakan, sektor properti dipilih karena sangat menjanjikan.
"Tekstil sudah redup (sunset), sementara properti tengah tumbuh dengan prospek yang sangat menjanjikan (sunrise). Terlebih untuk properti kelas atas. Pemainnya sedikit, pasokan terbatas, tetapi permintaan tinggi," ungkap pria juga Presiden Direktur PGW itu.
Dia melanjutkan, Jakarta adalah pasar paling potensial dibanding sejumlah negara Asia Tenggara.
Selain karena demografi populasinya terbesar, juga daya beli tinggi yang tidak diimbangi pasokan memadai, khususnya untuk kelas mewah.