Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/10/2025, 08:39 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) menghadapi tantangan yang unik, mengelola ribuan aset milik negara yang berada dalam kondisi 'menganggur' atau idle atau kurang dimanfaatkan (underutilized).

Alih-alih membiarkan aset-aset ini menjadi beban, LMAN menerapkan serangkaian langkah inovatif dan terukur untuk mengubahnya menjadi sumber manfaat finansial (PNBP) sekaligus manfaat non-finansial yang signifikan, terutama dalam mendukung inisiatif kesejahteraan sosial.

Fokus LMAN tidak hanya mencari keuntungan, tetapi juga bagaimana aset negara dapat berkontribusi langsung pada ekosistem sosial-ekonomi, sejalan dengan program-program prioritas pemerintah.

Baca juga: Setahun Prabowo-Gibran, LMAN Raup Rp 554 Miliar dari Optimalisasi Aset Negara

Direktur Utama LMAN Kristijaninditya Puspitasari menuturkan, langkah pertama dan terbesar yang dihadapi LMAN adalah kenyataan bahwa mayoritas aset kelolaan bukanlah aset yang siap dikerjasamakan dari sisi legal maupun administrasi.

Untuk mengubah menjadi aset yang siap dikerjasamakan, LMAN menerapkan skenario persiapan yang berbeda-beda untuk setiap aset, melibatkan proses yang mendetail dan menuntut adaptasi tinggi terhadap regulasi.

Pertama adalah aset yang diduduki (okupasi) secara ilegal harus dikosongkan terlebih dahulu melalui langkah-langkah terukur.

Kedua penuntasan legalitas meliputi pengurusan perizinan yang kompleks, sertifikasi, hingga pembersihan masalah kepemilikan.

Baca juga: Sejak 2016, LMAN Danai Pengadaan Tanah untuk 129 PSN

Ketiga, melaksanakan proses renovasi atau konstruksi agar aset memenuhi standar kelayakan pasar.

"Segala bentuk dinamika, adaptasi, dan kepatuhan atas regulasi menuntut LMAN untuk terus adaptif dengan perubahan proses bisnis dan perkembangan pasar," usar Kristijaninditya kepada Kompas.com, Jumat (24/10/2025).

Aset untuk Tujuan Sosial

LMAN juga tidak hanya berfokus pada mitra komersial, tetapi secara strategis mendorong pemanfaatan aset untuk tujuan sosial.

Salah satu langkah inovatif dan terukur yang diimplementasikan adalah mekanisme faktor penyesuai.

LMAN memberikan kemudahan pembayaran berupa faktor penyesuai (semacam diskon atau keringanan) bagi mitra-mitra yang memenuhi syarat.

Baca juga: 3 Bulan Jelang 2024 Berakhir, LMAN Incar PNBP Rp 1 Triliun

Khususnya bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan menyediakan tempat usaha dengan harga terjangkau untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi lokal.

Aset dimanfaatkan untuk kegiatan nirlaba atau kesejahteraan publik, seperti rumah yatim atau fasilitas edukasi.

Melalui skema ini, LMAN secara langsung mengubah nilai aset idle menjadi manfaat non-finansial yang terukur.

Keberhasilan langkah-langkah inovatif ini terlihat dari kuantifikasi dampak sosial-ekonomi yang dihasilkan aset kelolaan.

Baca juga: Dari Pengelolaan Properti, LMAN Sumbang Rp 3,7 Triliun PNBP

"Sejak Januari hingga September 2025, optimalisasi aset berdampak sosial ekonomi mencapai Rp 59,19 miliar dari total target hingga akhir 2025 sebesar Rp 84 miliar," ungkap Kristijaninditya.

Angka Rp 59,19 miliar yang tercatat hingga tahun 2025 merupakan bukti bahwa aset negara yang awalnya menganggur kini telah menjadi penggerak kegiatan ekonomi dan sosial.

Proses value-added aset, termasuk kegiatan renovasi atau konstruksi, secara tidak langsung juga membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau