Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Penghalang Misterius di Lautan yang Membuat Ubur-Ubur Tak Pernah Melewatinya

Kompas.com - 05/08/2025, 04:00 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Di kedalaman gelap dan dingin Samudra Arktik, para ilmuwan menemukan sebuah batas tak kasatmata yang memisahkan dua bentuk ubur-ubur yang nyaris identik. Penemuan ini tak hanya membingungkan, tapi juga membuka tabir baru tentang misteri kehidupan di laut dalam.

Ubur-ubur dari subspesies Botrynema brucei ellinorae hidup lebih dari 1.000 meter di bawah permukaan laut, di zona “midnight zone” yang nyaris tanpa cahaya. Mereka hadir dalam dua bentuk yang mencolok: satu dengan tudung kepala memiliki tonjolan mirip kenop, dan satu lagi tanpa tonjolan tersebut.

Namun yang mengejutkan, menurut hasil penelitian tim yang dipimpin oleh biolog laut Javier Montenegro dari University of Western Australia, kedua bentuk ini ternyata berasal dari garis keturunan genetik yang sama. Artinya, mereka sebenarnya adalah spesies yang sama — hanya berbeda secara morfologi.

“Keduanya ditemukan di wilayah Arktik dan sub-Arktik,” ujar Montenegro, “namun spesimen tanpa tonjolan tidak pernah ditemukan di selatan wilayah North Atlantic Drift, yang membentang dari Grand Banks dekat Newfoundland hingga barat laut Eropa.”

Baca juga: Garis Tak Kasatmata di Indonesia yang Membedakan Satwa Asia dan Australia

Garis Tak Kasatmata di Lautan

Temuan ini mengindikasikan adanya "faunal boundary" atau batas fauna — garis imajiner yang membatasi penyebaran hewan meskipun tak ada penghalang fisik yang jelas. Konsep ini mirip dengan Garis Wallace di kepulauan Indonesia, yang memisahkan fauna Asia dan Australia.

Di laut, garis seperti ini bisa terbentuk karena arus laut, perbedaan suhu, salinitas, atau tekanan. Namun karena tidak terlihat dan berada jauh di bawah permukaan, keberadaan batas semacam ini sangat sulit untuk diidentifikasi.

Baca juga: Garis Wallace di Indonesia, Apa Itu dan Apa Alasan Terbentuknya?

Spesimen Botrynema brucei ellinorae Arktik tanpa tonjolan. Universitas Australia Barat Spesimen Botrynema brucei ellinorae Arktik tanpa tonjolan.

Terbatas di Utara 47 Derajat

Dalam studi mereka, Montenegro dan tim menggunakan kapal riset dan kendaraan bawah laut kendali jarak jauh (ROV) untuk mengumpulkan spesimen. Mereka juga menganalisis catatan sejarah dan foto-foto dokumentasi sebelumnya.

Hasilnya menunjukkan bahwa ubur-ubur bertonjolan ditemukan di berbagai samudra di seluruh dunia. Sebaliknya, ubur-ubur tanpa tonjolan hanya hidup di utara garis lintang 47 derajat — seolah-olah ada penghalang tak terlihat yang mencegah mereka melintasi wilayah tersebut.

“Perbedaan bentuk, meski berasal dari genetik yang sama, menunjukkan kemungkinan adanya penghalang biogeografi laut dalam yang belum diketahui di Samudra Atlantik,” jelas Montenegro.

Ia juga menambahkan bahwa tonjolan pada ubur-ubur mungkin memberi keuntungan bertahan hidup, seperti perlindungan dari predator, di wilayah di luar Arktik dan sub-Arktik. Hal ini bisa menjelaskan mengapa hanya ubur-ubur bertonjolan yang ditemukan lebih jauh ke selatan.

Baca juga: Bagaimana Ubur-ubur Sisir Beradaptasi dengan Kehidupan Dasar Laut

Apa yang Membentuk Batas Ini?

Meski penyebab pasti dari penghalang ini belum diketahui, kawasan North Atlantic Drift dikenal sebagai “ecotone transisi” — wilayah percampuran spesies boreal (dingin) dan subtropis (hangat). Perbedaan lingkungan di sini kemungkinan menciptakan kondisi unik yang tidak bisa dilintasi oleh semua spesies, bahkan oleh hewan yang secara genetik sama.

Penemuan ini membuka mata tentang betapa sedikitnya kita mengetahui kehidupan di laut dalam. Ia juga menyiratkan bahwa mungkin masih ada banyak “garis batas” serupa yang belum kita temukan di samudra lainnya.

“Kehadiran dua bentuk dalam satu garis keturunan menyoroti perlunya lebih banyak studi tentang keanekaragaman hayati hewan laut gelatinosa,” kata Montenegro.

Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Deep Sea Research Part I: Oceanographic Research Papers, dan menjadi pengingat bahwa dunia bawah laut masih menyimpan banyak misteri — dan kita baru saja menyentuh permukaannya.

Baca juga: Temuan Spesies Ubur-ubur Baru, Perutnya Berwarna Merah Menyala

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kenapa Alam Semesta Ada? Rahasia Pertarungan Materi dan Antimateri
Kenapa Alam Semesta Ada? Rahasia Pertarungan Materi dan Antimateri
Oh Begitu
Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama: Anggrek Hibrida Nusantara untuk Mengenang Perintis Kompas Gramedia
Paphiopedilum Memoria Jakob Oetama: Anggrek Hibrida Nusantara untuk Mengenang Perintis Kompas Gramedia
Oh Begitu
Patung Singa Bersayap di Venesia Mungkin Berasal dari Dinasti Tang, Cina
Patung Singa Bersayap di Venesia Mungkin Berasal dari Dinasti Tang, Cina
Oh Begitu
Jejak Meteorit 1 Miliar Tahun Lalu: Awal Kehidupan Kompleks Daratan?
Jejak Meteorit 1 Miliar Tahun Lalu: Awal Kehidupan Kompleks Daratan?
Oh Begitu
Gerhana Matahari Parsial September 2025: Di Mana, Kapan, dan Bagaimana Menyaksikannya
Gerhana Matahari Parsial September 2025: Di Mana, Kapan, dan Bagaimana Menyaksikannya
Fenomena
Dua Anjing Pelacak Temukan Jejak Badak Sumatra yang Diduga Hilang
Dua Anjing Pelacak Temukan Jejak Badak Sumatra yang Diduga Hilang
Oh Begitu
JWST Temukan Jejak Galaksi Paling Murni di Alam Semesta?
JWST Temukan Jejak Galaksi Paling Murni di Alam Semesta?
Oh Begitu
Jangan Keliru! Ini Perbedaan Lintah dan Siput Tanpa Cangkang
Jangan Keliru! Ini Perbedaan Lintah dan Siput Tanpa Cangkang
Oh Begitu
Mengungkap Kisah Cinta di Zaman Purba, Bagaimana Dinosaurus Kawin?
Mengungkap Kisah Cinta di Zaman Purba, Bagaimana Dinosaurus Kawin?
Oh Begitu
Situs Permukiman Samaria Berusia 1.600 Tahun Ditemukan di Israel
Situs Permukiman Samaria Berusia 1.600 Tahun Ditemukan di Israel
Oh Begitu
Fenomena Bulan Merah Darah Akan Terjadi 7–8 September 2025
Fenomena Bulan Merah Darah Akan Terjadi 7–8 September 2025
Fenomena
Fosil Dinosaurus “Berkepala Dua” Masih Menjadi Misteri Evolusi
Fosil Dinosaurus “Berkepala Dua” Masih Menjadi Misteri Evolusi
Oh Begitu
Fenomena Langit Merah: Penjelasan Ilmiah di Balik Video Viral ‘Matahari Jatuh’
Fenomena Langit Merah: Penjelasan Ilmiah di Balik Video Viral ‘Matahari Jatuh’
Oh Begitu
Misteri Partikel Tercepat Matahari Akhirnya Terpecahkan
Misteri Partikel Tercepat Matahari Akhirnya Terpecahkan
Oh Begitu
Spons Lemak dari Teh Hijau Jadi Harapan Baru Mengecilkan Perut
Spons Lemak dari Teh Hijau Jadi Harapan Baru Mengecilkan Perut
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau