Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nebula Kupu-Kupu, Keindahan yang Menyimpan Petunjuk Asal Usul Bumi

Kompas.com - 29/08/2025, 07:33 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah pemandangan kosmik yang memukau kembali ditangkap oleh James Webb Space Telescope (JWST). Kali ini, teleskop paling canggih milik manusia itu mengarahkan pandangannya pada Nebula Kupu-Kupu (Butterfly Nebula atau NGC 6302), sebuah peninggalan dramatis dari bintang yang sedang sekarat.

Di balik keindahan "sayap kosmik" ini, para ilmuwan menemukan petunjuk penting tentang bagaimana bahan dasar pembentuk Bumi dan planet-planet lain bisa tersebar ke seluruh jagat raya.

Baca juga: James Webb Rayakan Ulang Tahun ke-3 dengan Foto Spektakuler Nebula Telapak Kucing

Jejak dari Bintang Paling Panas di Bima Sakti

Nebula Kupu-Kupu berjarak sekitar 3.400 tahun cahaya dari Bumi, terletak di rasi Scorpius. Pada pusat nebula ini terdapat salah satu bintang terpanas di galaksi Bima Sakti — sebuah katai putih (white dwarf) yang suhunya mencapai lebih dari 220.000 kelvin atau hampir 400.000 derajat Fahrenheit.

Saat memasuki fase kematiannya, bintang ini melontarkan lapisan luarnya dalam bentuk gas panas yang membentuk dua "sayap" menyerupai kupu-kupu. Fenomena ini menjadi salah satu tontonan paling indah dalam astronomi.

Baca juga: Uniknya Nebula Mata Kucing di Konstelasi Draco

Dua tampilan Nebula Kupu-kupu, terlihat dalam cahaya optik dan inframerah dekat oleh Hubble. ESA/Webb, NASA & CSA, M. Matsuura, J. Kastner, K. Noll, ALMA (ESO/NAOJ/NRAO Dua tampilan Nebula Kupu-kupu, terlihat dalam cahaya optik dan inframerah dekat oleh Hubble.

Lebih Detail daripada Hubble

Sebelumnya, Hubble Space Telescope sudah pernah memotret nebula ini dan memperlihatkan bentuk sayap bercahaya dengan pusat bintang yang menyala terang. Namun, dengan teknologi inframerah JWST, detail yang lebih menakjubkan berhasil terungkap.

Para ilmuwan kini bisa melihat dengan jelas:

  • Bintang pusat nebula yang sebelumnya tersembunyi.
  • Sebuah “donat” gas berdebu yang berputar mengelilingi bintang tersebut.
  • Dua semburan energi kembar yang melesat jauh ke angkasa.

Detail-detail ini membuka wawasan baru tentang betapa kompleksnya proses kematian bintang.

Baca juga: Mengapa Nebula Boomerang Menjadi Tempat Terdingin di Alam Semesta?

"Permata Dingin" dan "Debu Panas"

Menurut tim peneliti, pengamatan ini bukan hanya soal estetika, tapi juga kunci memahami asal-usul bahan pembentuk planet.

“Penemuan ini adalah langkah besar dalam memahami bagaimana bahan dasar planet terbentuk,” kata Mikako Matsuura, astrofisikawan dari Cardiff University sekaligus penulis utama studi tersebut.

Ia menambahkan, “Kami bisa melihat ‘permata dingin’ yang terbentuk di zona tenang dan tahan lama, sekaligus ‘debu panas’ yang lahir di wilayah ganas dan bergerak cepat, semua dalam satu objek.”

Baca juga: Fenomena Apa Itu Nebula di Luar Angkasa?

Bahan Dasar Planet Seperti Bumi

Nebula Kupu-Kupu termasuk dalam kategori planetary nebula. Nama ini sedikit menyesatkan karena nebula ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan planet. Istilah itu muncul karena astronom awal keliru menyangka bentuk bulat nebula mirip planet.

Dalam penelitian terbaru, JWST mendeteksi jejak kuarsa, besi, nikel, serta senyawa karbon kompleks yang dikenal sebagai polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH).

Para ilmuwan meyakini, senyawa organik ini terbentuk ketika gelembung angin panas dari bintang pusat menghantam gas di sekitarnya. Partikel debu kosmik inilah yang suatu saat bisa menjadi bahan baku bagi planet berbatu seperti Bumi.

Baca juga: Keindahan Cahaya Nebula dari Ledakan Bintang yang Sekarat, Objek Apa Itu?

Petunjuk untuk Asal Usul Kehidupan

Proses kematian bintang, meski tampak seperti kehancuran, justru merupakan cara alam semesta mendaur ulang unsur-unsur penting. Saat bintang raksasa mati, mereka memproduksi dan menyebarkan elemen berat yang kemudian dapat menjadi fondasi bagi planet, lautan, bahkan kehidupan.

Penelitian yang dipublikasikan pada 27 Agustus di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society ini memperkuat pemahaman kita bahwa asal-usul Bumi terhubung erat dengan kematian bintang-bintang purba miliaran tahun lalu.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Apa Itu Nebula, Fenomena di Tengah Gelapnya Ruang Angkasa?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Oh Begitu
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Oh Begitu
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
Fenomena
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Oh Begitu
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Oh Begitu
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Oh Begitu
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Fenomena
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau