Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Ratu Terakhir Mesir yang Memikat Dunia, Siapakah Cleopatra? 

Kompas.com - 28/08/2025, 19:53 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Nama Cleopatra sudah melekat dalam imajinasi manusia selama lebih dari dua ribu tahun. Ia sering digambarkan sebagai ratu cantik yang menaklukkan hati Julius Caesar dan Mark Antony (Markus Antonius).

Namun, benarkah Cleopatra hanya seorang penggoda? Atau ia sebenarnya seorang politikus cerdas yang memainkan kekuatan gender dan kekuasaannya untuk melawan gempuran Romawi?

Faktanya, meski Cleopatra adalah salah satu tokoh perempuan paling terkenal dalam sejarah, sangat sedikit yang benar-benar kita ketahui tentang dirinya.

Baca juga: Bukan Sekedar Cantik, Ini Sosok Cleopatra Pemimpin Mesir yang Dikenal Cerdas

Lahir dari Dinasti Yunani di Mesir

Cleopatra VII lahir pada 69 SM sebagai putri Raja Ptolemy XII Auletes. Ia berasal dari Dinasti Ptolemaic, keturunan Yunani yang menguasai Mesir sejak 305 SM. Meski berakar dari budaya Yunani, Cleopatra memilih berbeda: ia menguasai bahasa Mesir, sesuatu yang tidak dilakukan leluhurnya. Dengan itu, ia menempatkan dirinya lebih dekat dengan rakyatnya.

Cleopatra tumbuh di Alexandria, kota kosmopolitan yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia kuno. Di sanalah ia belajar politik, budaya, dan diplomasi—bekal yang kelak menyelamatkannya di tengah badai perebutan kekuasaan.

Baca juga: 8 Cleopatra dalam Sejarah Mesir Kuno

Naik Takhta di Usia 18 Tahun

Ketika ayahnya meninggal pada 51 SM, Cleopatra yang baru berusia 18 tahun diangkat sebagai penguasa bersama adiknya, Ptolemy XIII. Sesuai tradisi Mesir, ia bahkan menikahi sang adik. Tetapi, takhta segera menjadi medan perang. Ptolemy XIII ingin merebut kekuasaan penuh, dan saudara kandung berubah menjadi musuh.

Cleopatra kalah, lalu melarikan diri ke Suriah. Di pengasingan, ia merencanakan jalan kembali ke Mesir. Dan untuk itu, ia membutuhkan sekutu paling berpengaruh: Julius Caesar.

Baca juga: Cleopatra VII Philopator, Ratu Terakhir Mesir Kuno

Plakat yang diduga menampilkan wajah Cleopatra IV.brooklynmuseum.org Plakat yang diduga menampilkan wajah Cleopatra IV.

Cleopatra dan Julius Caesar

Pertemuan Cleopatra dengan Caesar di Alexandria adalah salah satu momen paling dramatis dalam sejarah. Meski terpaut usia 30 tahun—Caesar berusia 52, Cleopatra 21—keduanya segera menjalin hubungan.

Cleopatra tidak hanya menawarkan kecantikan, tetapi juga kepiawaian politik. Dengan bantuan Caesar, ia kembali merebut takhta. Ptolemy XIII tewas tenggelam di Sungai Nil pada 47 SM saat melarikan diri dari pasukan Romawi. Cleopatra pun kembali berkuasa bersama adiknya yang lain, Ptolemy XIV, meski secara de facto dialah penguasa tunggal.

Tidak lama kemudian, ia melahirkan seorang putra bernama Ptolemy XV Caesarion, yang diyakini sebagai anak Caesar.

Kehadiran Cleopatra di Roma kemudian menimbulkan kegemparan. Ia tinggal di vila Caesar, menjadi simbol kekuasaan sekaligus momok bagi orang-orang Romawi yang resah dengan pengaruh “ratu asing” itu. Cleopatra berharap putranya diakui sebagai pewaris sah Caesar. Tetapi pada 44 SM, Caesar terbunuh dalam peristiwa Ides of March. Harapan Cleopatra runtuh.

Ia kembali ke Mesir—dan tak lama kemudian, Ptolemy XIV meninggal, diduga akibat racun. Cleopatra pun memerintah bersama putranya, Caesarion.

Baca juga: Seperti Ini Penggambaran Baik dan Buruk Cleopatra

Cleopatra dan Mark Antony

Kematian Caesar tidak menghentikan hubungan Cleopatra dengan politik Romawi. Ia segera berhadapan dengan Mark Antony, salah satu pemimpin Romawi dalam sistem triumvirat.

Pada 41 SM, Antony mengundang Cleopatra ke kota Tarsus (Turki modern). Cleopatra datang bukan sebagai penguasa yang memohon, melainkan sebagai ratu yang ingin memikat. Ia berlayar dengan kapal indah, berpakaian bak dewi, dihiasi perhiasan, diiringi musik, wewangian, dan pertunjukan megah.

Sejarawan seni Diana E. E. Kleiner menulis dalam Cleopatra and Rome: “Cleopatra melengkapi pelayarannya dengan kostum yang dipilih dengan cermat, asosiasi ilahi, kain mahal, perhiasan, musik, dan aroma eksotis.”

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau