KOMPAS.com - Bagaimana dinosaurus berleher panjang memenuhi kebutuhan makannya yang luar biasa besar? Pertanyaan ini selama puluhan tahun menjadi misteri, hingga akhirnya sebuah studi internasional memberi jawaban lewat jejak tak kasatmata di gigi mereka.
Sebuah riset yang dipublikasikan di Nature Ecology and Evolution mengungkap bahwa pola goresan mikroskopis pada enamel gigi sauropoda mampu merekam detail tentang makanan, iklim, bahkan kemungkinan migrasi musiman raksasa Jurassic tersebut.
“Saya masih merasa takjub bahwa goresan mikroskopis di gigi fosil bisa menceritakan begitu banyak tentang diet dan bahkan perilaku,” ujar Dr. Daniela E. Winkler, ahli dari Kiel University yang memimpin penelitian ini.
Baca juga: Mengintip Isi Perut Dinosaurus Raksasa: Apa yang Dimakan Sauropoda 94 Juta Tahun Lalu?
Para peneliti meneliti 322 hasil pemindaian 3D gigi sauropoda dari tiga situs fosil terkenal: Formasi Lourinhã di Portugal, Formasi Morrison di Amerika Serikat, dan Formasi Tendaguru di Tanzania. Dari total itu, tercatat 39 individu dinosaurus yang giginya dianalisis.
Jejak pada gigi ini hanya berukuran mikrometer, namun menyimpan kisah hari-hari terakhir kehidupan hewan purba. “Goresan ini terbentuk dari kontak antara gigi dan makanan, mencatat apa yang dimakan dinosaurus dalam beberapa hari atau minggu sebelum mati,” jelas Winkler.
Baca juga: Penemuan Fosil Dinosaurus Ungkap Jenis Sauropoda Baru Bergigi Unik
Hasil analisis menunjukkan kontras mencolok antarspesies dan wilayah:
Baca juga: Seperti Apa Spesies Sauropoda Terbesar yang Pernah Hidup di Bumi?
Salah satu temuan penting riset ini adalah bahwa iklim lebih berpengaruh daripada variasi tumbuhan. Gigi dinosaurus dari Tanzania secara konsisten lebih aus dibandingkan gigi dari Portugal dan AS, karena kondisi tropis hingga semi-kering yang penuh debu pasir.
André Saleiro dari NOVA University Lisbon menegaskan: “Kami bisa menghubungkan perbedaan pola aus gigi dengan paleogeografi dan preferensi habitat berbagai fauna sauropoda.”
Baca juga: Studi Ungkap Apa Makanan Dinosaurus
Riset ini juga menegaskan bahwa konsep ekologi modern—seperti pembagian relung (niche partitioning), adaptasi terhadap iklim, hingga perilaku migrasi—sudah ada jauh sebelum manusia lahir.
“Dengan jejak mikroskopis ini, kita bisa membuat pernyataan perilaku tentang hewan purba raksasa. Migrasi, spesialisasi, pembagian relung—semuanya jadi nyata,” kata Dr. Emanuel Tschopp dari Freie Universität Berlin.
Temuan ini juga menjelaskan mengapa Formasi Morrison di AS memiliki keragaman spesies sauropoda yang luar biasa. Keanekaragaman itu mungkin hanya bisa bertahan karena tiap spesies menempati relung makanan berbeda, sehingga mengurangi persaingan.
Baca juga: Rahasia Dinosaurus Raksasa Bisa Hidup Berdampingan: Menu Makannya Berbeda
Penelitian belum berhenti di sini. Para ilmuwan berencana mengeksplorasi perbedaan diet antara sauropoda muda dan dewasa, serta meneliti dinosaurus kerdil seperti Europasaurus dari Jerman. Setiap sampel gigi baru menambah “potongan puzzle” kehidupan masa Jurassic.
“Yang membuat saya bersemangat adalah metode ini bisa terus dikembangkan. Setiap gigi baru menambah pemahaman tentang kehidupan kala itu,” tutup Winkler.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini