KOMPAS.com - Hari Raya Idul Adha 1446 H jatuh pada tanggal 6 Juni 2025. Menjadi momentum penting bagi umat Islam dalam merenungkan makna pengorbanan, keihklasan, dan kepedulian sosial.
Melansir dari buku Komunikasi Islam (2022) oleh Muslimin, kata khutbah berasal dari bahasa Arab khataba, khutbhatan yang artinya berkhutbah dan berpidato.
Sama seperti kegiataan keagamaan pada umumnya, setelah shalat Idul Adha dilanjutkan dengan khutbah.
Berdasarkan laman resmi Kementerian Agama RI, tema Idul Adha 2025 yaitu Nilai-nilai Kepasrahan Diri dalam Shalat Id, Kurban, dan Haji.
Baca juga: Tata Cara Shalat Idul Adha dan Bacaan di Antara Takbir yang Dianjurkan
Beberapa contoh teks khutbah Idul Adha 2025:
Khutbah Idul Adha: Belajar Ikhlas dari Ibrahim dan Ismail
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallaah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillaahil hamd.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Hari ini kita berkumpul dalam suasana Idul Adha — hari yang agung, hari pengorbanan, hari penuh makna bagi umat Islam di seluruh dunia.
Hari ini bukan hanya tentang menyembelih hewan kurban, tapi lebih dalam dari itu: tentang menyembelih ego, nafsu, dan keakuan di dalam diri kita.
Mari kita renungkan kembali kisah Nabi Ibrahim 'alaihis salam dan putranya, Ismail. Kisah tentang cinta dan kepatuhan kepada Allah yang melampaui logika dan perasaan seorang ayah.
Bayangkan... seorang ayah, yang lama tak dikaruniai anak, akhirnya diberi putra yang sangat dicintainya. Tapi kemudian, Allah memerintahkannya untuk menyembelih anak itu. Sebuah ujian yang tak terbayangkan. Namun Ibrahim menjawab:
"Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu."
Dan sang anak, Ismail, menjawab dengan lembut dan penuh takwa:
"Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Allahu Akbar...
Betapa besar keikhlasan itu.
Betapa dalam cinta mereka kepada Allah.
Dan betapa sedikit dari kita hari ini yang mampu meneladani ketundukan hati seperti itu.
Idul Adha adalah momentum untuk bertanya pada diri sendiri:
Sudahkah kita ikhlas dalam ibadah kita?
Sudahkah kita rela mengorbankan hal-hal yang kita cintai demi jalan Allah?
Sudahkah kita meletakkan ridha Allah di atas ambisi dan kesenangan pribadi?
Sesungguhnya, kurban bukan hanya tentang darah dan daging. Allah tidak butuh itu. Tapi yang Allah lihat adalah ketakwaan di hati kita.
Sebagaimana firman-Nya:
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaanmulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al-Hajj: 37)
Saudara-saudara muslim yang dirahmati Allah,
Mari jadikan Idul Adha ini titik balik.
Titik di mana kita lebih taat, lebih ikhlas, dan lebih cinta kepada Allah.
Kita mungkin tak diuji dengan menyembelih anak,