Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Cacing Parasit? Ini Penjelasan Lengkap dari BRIN dan WHO

Kompas.com - 31/08/2025, 12:00 WIB
Silmi Nurul Utami

Penulis

KOMPAS.com - Cacing parasit yang menghuni tubuh manusia kerap kali menjadi berita yang menggemparkan. Namun, sebenarnya apa yang dimaksud dengan cacing parasit dan apakah cacing parasit berbahaya? Berikut adalah penjelasan lengkapnya!

Apa itu cacing parasit?

Cacing parasit merupakan salah satu masalah kesehatan global yang sering diremehkan, padahal dampaknya bisa sangat serius.

Infeksi ini dikenal sebagai Soil Transmitted Helminths (STH), yaitu kelompok cacing yang hidup di usus manusia dengan siklus hidup yang membutuhkan tanah sebagai media penularan.

Baca juga: Kenapa Banyak Cacing Keluar Setelah Hujan?

1,5 Miliar Orang di Dunia Terinfeksi Cacing Parasit

Menurut laporan World Health Organization (WHO), sekitar 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi cacing parasit yang ditularkan melalui tanah. Angka ini menunjukkan betapa luasnya penyebaran penyakit ini.

Kelompok masyarakat yang paling terdampak adalah mereka yang tinggal di daerah miskin, dengan akses terbatas terhadap sanitasi, air bersih, dan fasilitas kesehatan. Infeksi paling banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis, khususnya:

  • Afrika Sub-Sahara
  • Asia Tenggara termasuk Indonesia
  • Tiongkok
  • Amerika Selatan

Lebih rinci, WHO memperkirakan bahwa:

  • 260 juta anak prasekolah hidup di daerah rawan infeksi cacing parasit.
  • 654 juta anak usia sekolah berisiko tinggi terinfeksi.
  • 108 juta remaja putri serta 138,8 juta ibu hamil dan menyusui tinggal di wilayah dengan tingkat penularan tinggi.

Data tersebut menggambarkan bahwa cacing parasit bukan hanya masalah kesehatan individu, melainkan juga persoalan kesehatan masyarakat yang membutuhkan intervensi skala besar.

Baca juga: Daur Hidup Cacing Kremi

Infeksi cacing parasit di Indonesia masih tinggi

Di Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Universitas Sari Mutiara Indonesia di Medan dan Texas A&M University melakukan penelitian mengenai hubungan infeksi cacing parasit (STH) dengan anemia pada anak-anak sekolah di Pulau Samosir, Sumatera Utara.

Hasil riset yang dipublikasikan dalam jurnal Parasite Epidemiology and Control menunjukkan bahwa:

  • Di Simanindo, sekitar 4,8% anak terinfeksi cacing cambuk (Trichuris trichiura).
  • Di Ronggur Nihuta, prevalensi infeksi mencapai 5,9%, dengan temuan cacing gelang (Ascaris lumbricoides) dan cacing cambuk, bahkan ada kasus infeksi campuran.

Penelitian ini menegaskan bahwa meski angka prevalensi terlihat kecil, dampaknya sangat besar karena infeksi cacing parasit sering berhubungan dengan anemia.

Kekurangan darah akibat infeksi dapat menghambat pertumbuhan fisik, mengurangi daya konsentrasi, dan menurunkan prestasi belajar anak sekolah.

Baca juga: Mengapa Cacing Suka Tempat Gelap?

Jenis cacing parasit yang sering menyerang manusia

Ada beberapa jenis cacing parasit utama yang ditularkan melalui tanah (STH), yaitu:

  • Cacing gelang (Ascaris lumbricoides): Salah satu yang paling umum, dapat menyebabkan perut buncit pada anak-anak.
  • Cacing cambuk (Trichuris trichiura): Dapat menimbulkan diare kronis dan prolaps rektum.
  • Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale): Menyebabkan kehilangan darah kronis dan anemia.
  • Cacing usus (Strongyloides stercoralis): Lebih berbahaya karena bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia dan menyebabkan infeksi kronis.

Penularan terjadi saat seseorang bersentuhan dengan tanah yang terkontaminasi telur atau larva, baik melalui makanan, minuman, maupun masuk langsung lewat kulit (misalnya saat berjalan tanpa alas kaki).

Baca juga: Nefridia: Alat Ekskresi pada Cacing Tanah

Apakah cacing parasit berbahaya?

Banyak orang bertanya, apakah cacing parasit berbahaya? Jawabannya jelas ya.

Infeksi ringan mungkin tidak menimbulkan gejala, tetapi infeksi berat bisa sangat merusak kesehatan.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau