Pada 2016, Hori akhirnya mendirikan Japan Short Sleepers Training Association, tempatnya mengadakan kelas tentang tidur dan kesehatan.
Deskripsi singkat atau resume daring miliknya menyatakan, Hori telah melatih lebih dari 2.100 siswa untuk menjadi orang dengan waktu tidur sangat singkat.
Salah satu peserta mengaku mengurangi waktu tidurnya dari delapan jam menjadi hanya 90 menit setelah pelatihan.
Telah berjalan selama empat tahun, peserta tersebut mengaku telah berhasil merawat kesehatan kulit dan mentalnya dengan lebih prima.
Baca juga: Sosok Jackie, Pria Jepang yang Mengaku “Trans-age”, Usia 39 Merasa 28
Namun, dokter mengungkapkan, tidur terlalu singkat tidak cocok untuk semua orang. Gaya hidup ekstrem ini juga umumnya memiliki efek samping bagi tubuh.
"Orang dewasa dianjurkan untuk tidur selama tujuh hingga sembilan jam setiap hari," jelas ahli saraf di Rumah Sakit Xiehe Shenzhen, Universitas Sains dan Teknologi Huazhong, China, Guo Fei.
Dia mengatakan, tidur merupakan waktu yang penting bagi tubuh dan otak untuk pulih dan memperbaiki diri.
Oleh karena itu, seseorang yang terus-menerus kurang tidur berpotensi mengalami berbagai masalah kesehatan di masa mendatang.
"Kurang tidur kronis dapat menyebabkan penurunan daya ingat, melemahnya kekebalan tubuh, gangguan suasana hati, dan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular," imbuh Guo.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini