KOMPAS.com - Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Mohammad Syahril dan mengatakan bahwa Mpox dan Covid-19 adalah dua penyakit yang berbeda.
Pernyataan ini merespons narasi yang mengeklaim bahwa Mpox atau cacar monyet adalah penyakit yang muncul akibat dari efek samping vaksin Covid-19.
Narasi tersebut banyak beredar di berbagai platform media sosial.
Syahril menegaskan, Mpox telah muncul jauh sebelum kemunculan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dan vaksin Covid-19.
Merujuk data yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus Mpox pada manusia pertama kali dilaporkan di Republik Demokratik Kongo pada 1970.
“Sebelum Covid-19 ada, Mpox sudah ada. Mpox dilaporkan ada sejak tahun 1970 dan endemis di Afrika barat dan tengah seperti di Afrika Selatan, Pantai Gading, Kongo, Nigeria, dan Uganda,” ujar Syahril kepada Kompas.com, Rabu (3/8/2024).
Baca juga: 4 Kelompok Risiko Tinggi Ini Dapat Vaksin Mpox, Tak Termasuk Anak-anak
Ia menambahkan, Mpox terus ada di wilayah-wilayah tersebut, meski bersifat sporadis.
WHO pun pernah menyatakan status Mpox sebagai darurat kesehatan global pada 23 Juli 2022.
"Indonesia pun ada satu kasus konfirmasi waktu itu, lalu tahun 2023 berlanjut dan 11 Mei dicabut status kedaruratannya oleh WHO," kata Syahril.
Setelah status kedaruratan sempat dicabut, WHO kembali menyatakan Mpox sebagai darurat kesehatan global pada 14 Agustus 2024, menyusul peningkatan kasus di Afrika Tengah dan Afrika Barat, terutama di Republik Demokratik Kongo.
Selanjutnya, kasus Mpox juga dilaporkan negara-negara lain di luar Afrika.
Melihat sejarah kemunculan Mpox yang sudah ada jauh sebelum pandemi Covid-19, Syahril menegaskan bahwa penyakit itu tidak ada kaitannya dengan efek samping vaksin Covd-19.
“Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,” tegasnya.
Baca juga: Cegah Mpox, Penumpang Pesawat dari Luar Negeri Kini Wajib Mengisi SatuSehat Health Pass
Mpox merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Mpox (MPXV), spesies dari genus Orthopoxvirus.
Menurutnya, ada dua varian virus MPXV, yaitu Clade I (dengan subclade Ia dan Ib) dan Clade II (dengan subclade IIa dan IIb).
"Clade Ia dan Ib memiliki manifestasi klinis yang lebih berat bila dibandingkan dengan Clade II," ungkap dia.
Pada periode 2022–2023, wabah Mpox global disebabkan oleh strain Clade IIb.
Saat ini, peningkatan kasus di Republik Demokratik Kongo dan negara-negara lain disebabkan oleh Clade Ia dan Ib.
Baca juga: Kelompok Orang Paling Rentan Kena Mpox, Anak-anak atau Lansia?
Mpox atau cacar monyet dapat ditularkan antarmanusia melalui kontak langsung.
Berdasarkan laporan kasus konfirmasi Mpox global, sebagian besar dialami oleh Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL).
Meski demikian, tambah Syahril, kasus Mpox juga dapat dialami kelompok masyarakat di luar LSL, terutama jika memiliki kontak erat dengan seseorang yang terinfeksi.
Kontak langsung yang dapat menjadi media perantara penularan Mpox, meliputi:
Baca juga: 7 Negara yang Laporkan Kasus Mpox Varian Clade Ib, Mana Saja?
Syahril menyampaikan, dalam laporan kasus Mpox di negara-negara di dunia, paling banyak terjadi pada laki-laki, yakni hampir 96 persen.
“Namun, Mpox juga bisa menyerang seluruh orang, termasuk anak-anak kalau dia tinggal bersama orangtua atau asisten rumah tangganya yang positif virus Mpox. Tertular virusnya bisa dari sprei, sarung bantal, handuk dan sebagainya," jelasnya.
Merujuk informasi “Frequently Asked Questions (FAQ) Mpox” yang diterbitkan Kemenkes RI pada 2024, penularan virus Mpox dapat terjadi secara tidak langsung pada benda yang terkontaminasi.
Kontak langsung dapat melalui cairan tubuh seperti cairan, nanah atau darah dari lesi atau ruam kulit orang yang terinfeksi.
Selain itu, ada beberapa orang yang lebih berisiko terkena Mpox, yakni: