KOMPAS.com - Menurut data Kemenkes, kanker payudara termasuk kanker yang paling banyak menyerang warga Indonesia setelah kanker paru, kanker kolorektal, dan kanker lever.
Pada tahun 2020, Global Cancer Statistics (Globocan) yang dirilis oleh WHO, di Indonesia terdapat 396.914 kasus kanker baru dengan 234.511 kematian yang disebabkan oleh kanker.
Pengobatan kanker payudara biasanya dilakukan dengan operasi untuk mengangkat sel kanker, terapi hormon, hingga kemoterapi.
Namun, terkadang operasi belum bisa menghilangkan sel-sel kanker sepenuhnya dari tubuh. Khususnya, untuk sel yang sudah menyebar atau metastatis.
Banyak kasus menunjukkan kanker payudara menyebar ke organ tubuh lain seperti tulang belakang.
Perpindahan sel kanker payudara ini melibatkan berbagai mekanisme molekuler yang masih diteliti hingga saat ini.
Baca juga: Dialami Jessie J, Inilah 5 Tanda Kanker Payudara yang Perlu Diwaspadai
Kanker yang sudah menyebar menyebabkan kondisi ini semakin sulit ditangani. Sehingga diperlukan cara untuk mencegah penyebaran kanker dalam proses pengobatannya.
Dalam studi yang diterbitkan British Journal of Pharmacology pada tahun 2025, peneliti dari Hiroshima University mencoba mengungkap salah satu mekanisme penyebaran sel kanker.
Melalui penelitian itu, peneliti menemukan bahwa rantai pendek dari blok pembentuk protein kemungkinan dapat digunakan sebagai obat antikanker.
Lantas, bagaimana penjelasannya?
Penelitian yang dipimpin oleh asisten profesor Departemen Farmakologi Seluler dan Molekuler Universitas Hiroshima Satoshi Asano ini fokus pada reseptor VIPR (vasoactive intestinal peptide receptor-2).
Sebagai informasi, VIPR adalah suatu molekul reseptor yang dapat berikatan dengan dua hormon berbeda.
Dalam kondisi sehat, VIPR2 berperan mengatur ritme sirkadian (proses tubuh mengatur siklus tidur-bangun selama 24 jam), sistem kekebalan, sekresi insulin, dan banyak fungsi lainnya.
Akan tetapi, VIPR2 dapat mengalami overexpression atau kondisi kelebihan jumlah reseptor dalam tubuh.
Jika tubuh mengalami overexpression, maka VIPR2 dapat memicu peningkatan pertumbuhan dan penyebaran (metastasis) sel kanker payudara.