Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bumi Bisa Makin Panas? Masa Lalu Bumi Beri Petunjuk Ini

Kompas.com - 19/07/2025, 21:00 WIB
Rheandita Vella Aresta,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Proses pembentukan Bumi ternyata melewati berbagai zaman dengan cuaca panas atau dingin yang ekstrem silih berganti.

Hal ini dapat ditelusuri melalui skala waktu geologi yang kerap dipakai ilmuwan untuk membaca peristiwa tertentu dalam sejarah pembentukan planet Bumi.

Dilansir dari Labxchange, skala waktu geologi terbagi ke dalam zaman Hadean, Arkean, Proterozoikum, dan Fanerozoikum.

Dengan menjelajah skala waktu geologi ini, kita dapat memahami bagaimana Bumi bisa hangat, panas ekstrem, lalu tiba-tiba dipenuhi bola salju dan mendingin.

Lantas, dari melihat skala waktu geologi, seberapa panas yang bisa dialami oleh Bumi?

Baca juga: NASA Temukan Planet Super-Bumi yang Berukuran Dua Kali Besar Bumi Kita


Bumi pernah alami periode panas

Dilansir dari Science News, Kamis (17/7/2025), Bumi pernah mengalami keadaan yang sangat panas di masa lalu, yaitu di zaman Hadean dan zaman Kapur.

Zaman Hadean adalah bagian awal dari sejarah pembentukan Bumi yang terjadi sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu.

Pada masa itu, Bumi mengalami tumbukan besar dengan obyek seukuran Mars, Theia, yang melelahkan sebagian besar planet dan membentuk lautan magma panas.

Peristiwa ini juga membentuk Bulan dari puing-puing tumbukan serta kenaikan suhu terjadi dengan sangat ekstrem.

Pada saat itu, suhu Bumi bisa mencapai 10.000 derajat Celcius, menurut ahli geologi dari UCLA, Mark Harrison.

Seiring waktu, atmosfer mulai mendingin, uap batu mengembun, dan magma perlahan mengeras.

Setelah itu, zaman memasuki periode Arkean yang ditandai dengan stabilitas iklim dan hangatnya sinar Matahari.

Kemudian, periode Arkean terganggu oleh zaman Proterozoikum yang menyebabkan seluruh permukaan Bumi tertutup es dan penurunan suhu terjadi secara drastis.

Proses ini dipicu oleh umpan balik albedo (ukuran seberapa banyak cahaya atau radiasi Matahari yang dipantulkan oleh suatu permukaan), di mana semakin banyak es menyebabkan semakin banyak cahaya Matahari dipantulkan, sehingga mendorong pendinginan ekstrem.

Akhirnya, akumulasi karbon dioksida dari gunung berapi memicu efek rumah kaca yang mencairkan es dan mengakhiri zaman beku ini. 

Zaman berlanjut hingga memasuki periode Kapur sekitar 90 juta tahun lalu.

Pada masa ini, Bumi kembali panas dengan suhu rata-rata 36 derajat Celcius, sementara di laut kutub mencapai 27 derajat Celcius.

Suhu pada zaman kapur dapat digambarkan panas, lembap, dan penuh hutan, tetapi tidak sampai memusnahkan spesies.

Baca juga: Punya Peran Penting bagi Kehidupan Bumi, Apa Fungsi Lapisan Ozon?

Bumi bisa sepanas apa ke depannya?

Pada masa sekarang ini, perubahan iklim Bumi tidak hanya dipicu oleh aktivitas planet, tetapi juga aktivitas manusia sendiri.

Selama 2,3 juta tahun terakhir, iklim Bumi mengikuti pola siklus orbit (Milankovitch) secara  bergantian antara zaman es dan antar-zaman es.

Namun, emisi karbon akibat ulah manusia telah mengganggu pola ini, bahkan mungkin membatalkan glasiasi selanjutnya.

Menurut para ilmuwan, pada tahun 2100, miliaran manusia diperkirakan akan hidup dalam kondisi panas dan lembap ekstrem.

Sementara itu, pada 2500, sekitar empat puluh persen daratan dimungkinkan sudah tidak cocok digunakan untuk kehidupan seperti sekarang.

Meski Bumi akan pulih secara geologis, mereka mengatakan bahwa pemulihan itu akan berjalan terlalu lambat.

Ilmuwan juga menduga, dalam jangka panjang, pemanasan Matahari dan pelapukan kimia akan terus menurunkan kadar karbon dioksida hingga fotosintesis tidak lagi bisa terjadi.

Lalu dalam 1 miliar tahun, oksigen diperkirakan bisa hilang dari atmosfer dan keadaan Bumi kembali seperti saat zaman Hadean.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau