Adik perempuannya baru-baru ini diberi tahu bahwa kanker ususnya telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Sedangkan keponakan-keponakan Dickson juga mengaku memiliki masalah kesehatan berkaitan dengan radiasi nuklir.
Secara umum paparan radiasi tersebut meningkatkan risiko kanker, meski tidak disebutkan berakibat secara langsung.
“Sungguh menghancurkan. Saya tidak bisa menghitung berapa banyak teman yang saya miliki, dan kanker mereka kambuh lagi,” ucap Dickson.
“Kerusakan psikologisnya tidak kunjung hilang. Anda menghabiskan sisa hidup Anda mengkhawatirkan setiap benjolan, setiap rasa sakit (berarti) kambuh lagi,” lanjutnya.
Baca juga: Tak Ada Iran, Ini 9 Negara yang Punya Senjata Nuklir
Selain berdampak pada kesehatan masyarakat, uji coba senjata nuklir ini memiliki konsekuensi lingkungan yang signifikan.
Antara 1946 dan 1958, AS melakukan 67 uji coba nuklir di Kepulauan Marshall, yang memiliki hasil ledakan total setara dengan 7.232 bom Hiroshima.
AS merelokasi penduduk Kepulauan Marshall yang tinggal di atau dekat atol yang digunakan sebagai lokasi uji coba. Mereka direlokasi ke AS.
Beberapa di antaranya masih belum kembali ke tanah mereka, meskipun ada upaya pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Lima pulau hancur sebagian atau seluruhnya akibat uji coba nuklir oleh AS tersebut. Sementara sebagian Kepulauan Marshall "masih terkontaminasi" hampir 70 tahun kemudian.
Hal itu disampaikan oleh seorang anggota tim peneliti dari Universitas Columbia yang telah menyelidiki tingkat radiasi di sana, Ivana Nikolic Hughes.
Menurutnya, berdasarkan proses bioakumulasi, beberapa isotop radioaktif terkonsentrasi di sumber makanan.
"Kami menemukan kadar isotop yang sangat tinggi bernama Cesium-137 dalam makanan, dan isotop tersebut secara kimiawi mirip dengan kalium," ujar Hughes.
"Karena tanaman terus menyerap nutrisi dari tanah, mereka akan mengalami bioakumulasi,” tambahnya.
Kepiting kelapa yang hidup di pulau-pulau tersebut memakan banyak kelapa yang telah terkontaminasi.