Karena air mengembang ketika dibekukan, sel-sel daun yang lunak dapat pecah selama musim dingin, sehingga tidak akan berguna untuk fotosintesis.
Jika pohon tidak menggugurkan daun-daun ini saat musim gugur, pohon akan terjebak dengan ribuan anggota tubuh (daun) lain yang tidak produktif dan tidak dapat membuat makanan.
Baca juga: Mengapa Banyak Orang Korea Selatan Bernama Kim? Ini Alasannya
Selain itu, bulan-bulan musim dingin sering kali lebih berangin, dan angin yang menerpa dedaunan lebar pada pohon dapat menyebabkan kerusakan besar.
Pohon tak berdaun juga akan lebih mampu menahan badai ketika masuk musim dingin karena angin kencang dapat lebih mudah melewati dahan.
Oleh karena itu, pohon-pohon di negara empat musim akan menggugurkan daunnya saat musim gugur, untuk menyambut musim dingin.
Meskipun ada tanaman, seperti cemara, yang memiliki lilin dan resin tebal untuk melindungi daunnya dari pembekuan dan patah saat musim dingin.
Baca juga: 6 Alasan Sulit Berteman Saat Dewasa Menurut Psikolog
Menariknya, dedaunan musim gugur tidak sekadar tertiup angin dari pohon, namun dipisahkan dari tanamannya melalui proses yang sangat terkendali.
Proses gugurnya daun, atau dikenal dengan istilah absisi, dimulai ketika lapisan sel terbentuk di antara tangkai daun dengan batang.
Lapisan sel tersebut dikenal sebagai lapisan absisi, yang terbentuk pada musim semi selama aktifnya pertumbuhan daun baru.
Saat daun-daun berguguran, tanaman memasuki masa dormansi, menyimpan energinya untuk menghadapi musim dingin dan untuk tunas besar di musim semi.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini