Setelah terbangun dari koma, ia harus menggunakan selang makan selama delapan bulan. Sepuluh bulan di tempat tidur benar-benar merusak tubuhnya dan fungsi motoriknya.
Selama setahun berikutnya, Hersch bekerja keras dalam terapi fisiknya dan terus berlatih piano. Menariknya, piano membantunya pulih.
Para peneliti tertarik kasus ini karena Hersch mengingat delapan mimpi dari komanya dan menulis konser berdurasi 90 menit berjudul “My Coma Dreams” berdasarkan apa yang ia ingat.
Baca juga: Dokter India Angkat 8.125 Batu Empedu dari Pria 70 Tahun, Kok Bisa?
Dilansir dari LadBible (21/4/2024), Martin Pistorius yang lahir tahun 1975 di Afrika Selatan, mengalami kondisi serupa koma sejak umur 12 tahun akibat dugaan Cryptococcal meningitis dan tuberkulosis otak.
Ia masuk dalam keadaan vegetatif selama sekitar 3–4 tahun, lalu perlahan sadar tapi tetap paralis, dan hanya mampu menggerakkan bagian mata.
Selama di rumah dan panti jompo, Martin sepenuhnya sadar, tetapi tidak bisa berkomunikasi.
Ia hanya mendengar dan “melihat” dunia tanpa bisa mengekspresikan dirinya.
Seorang pengasuh, Virna van der Walt, menyadari reaksi menggunakan mata yang ia buat dan menyarankan orangtuanya menghubungi pusat bantuan komunikasi.
Setelah dikonfirmasi sadar, orangtuanya membelikannya alat komunikasi komputer dengan sistem pengubah teks ke suara.
Perlahan Martin belajar bicara dan mengendalikan bagian tubuhnya kembali. Ia melanjutkan kuliah, menjadi web developer, menikah, dan memiliki anak. Ia menulis otobiografi berjudul Ghost Boy.
Dalam pengakuannya kepada media, Martin menyatakan, “Aku seperti hantu… bisa mendengar dan melihat segalanya, tapi rasanya aku tak ada.”
Baca juga: Sakit Perut, Pemuda India Operasi Dirinya Sendiri Berbekal YouTube, Berakhir Suka atau Duka?
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini