“Keluhan yang terjadi sekarang ini netizen atau publik kita anggap bahwa TV tidak memberikan kontribusi yang cukup terhadap informasi yang ada," kata Jamalul.
"Situasi ini yang memaksa kita jika memang tetap menjadi jurnalis yang nanti memproduksi konten-konten audio visual, tetap harus berpegangan pada kode etik,” tambahnya.
Lantas, apa dampak tayangan kekerasan pada anak?
Baca juga: Pemberitaan Ramah Anak, Apa Saja Batasan yang Harus Dijaga?
Psikolog Klinis di NALA Mindspace, Shierlen Octavia mengatakan, paparan terhadap konten negatif di media sosial, jika tidak disertai penjelasan atau debriefing dari orang tua, dapat menimbulkan dampak psikologis pada anak.
“Paparan terhadap konten-konten negatif jika tidak disertai dengan penjelasan lebih lanjut dari orang tua, memang bisa membuat anak itu mengalami rasa cemas, rasa tidak aman,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis.
Shierlen menambahkan, kondisi tersebut juga bisa memicu rasa takut anak terhadap aparat maupun lingkungan sekitar. Misalnya memiliki pemikiran, "apa aku juga bisa menjadi orang yang ditangkap".
Selain itu, karena anak-anak belum memiliki kemampuan berpikir kritis, hal ini berisiko membuat mereka menafsirkan adegan kekerasan dalam kerusuhan atau penangkapan sebagai sesuatu yang wajar.
“Nah, ini yang sebenarnya berbahaya, karena di masa depan ini bisa membuat anak-anak itu lebih mudah untuk menimbulkan atau melakukan perilaku yang serupa nih dengan yang mereka lihat, seperti itu,” terangnya.
Kemudian, kata Shierlen, anak juga bisa terdorong untuk ikut-ikutan ketika melihat teman sebaya atau remaja lain berani terlibat. Hal ini berisiko memengaruhi pembentukan identitas serta menimbulkan sikap sosial yang menyimpang.
Lebih jauh, Shierlen mengingatkan bahwa paparan konten semacam itu dapat menimbulkan kebingungan moral pada anak.
Mereka bisa mempertanyakan, “Siapa sebenarnya yang benar? Apakah tindakan polisi itu tepat? Apakah tindakan pemerintah atau anak-anak yang ikut demo itu benar atau salah?”
Hal serupa disampaikan oleh psikolog sekaligus dosen Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani Subardjo.
“Pemberitaan tentang demo, kerusuhan, dan penangkapan anak di bawah umur yang ikut unjuk rasa dapat berdampak signifikan pada anak-anak, baik secara langsung maupun tidak langsung,” ujarnya, terpisah.
Ia pun menyampaikan, paparan berita semacam itu dapat menimbulkan sejumlah dampak psikologis dan sosial, di antaranya:
Pemberitaan yang tidak seimbang atau sensasional bisa membuat anak memiliki gambaran keliru tentang realitas kehidupan.